Tidak terasa bahwa program
belajar 5 minggu di Amerika Serikat sudah selesai (26 September -31 Oktober
2015). Program yang aku impi-impikan selama ini sudah terjadi di dalam hidupku.
Banyak hal yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Mulai dari persiapan
keberangkatan sampai kembalinya ke tanah air semuanya berjalan dengan baik
tanpa kekurangan sesuatu apapun. Aku percaya bahwa ini semua berkat dukungan dan
doa dari orang-orang yang selalu ada untuk aku. Aku bersyukur bisa mendapatkan
semua ini. Terima kasih semuanya!
Setelah transit beberapa jam di
Jepang, aku melanjutkan penerbangan ke Denver International Airport. Semangat
yang luar biasa membuatku merasa tidak lelah selama perjalanan menuju negeri
Paman Sam ketika itu. Kota pertama yang menjadi destinasi pertamaku di Amerika
adalah Denver. Karena aku harus transit sekali lagi untuk tiba di kota tujuan
yaitu Omaha, Nebraska. Ketika tiba di Denver, aku masih belum percaya kalau aku
sudah berada di Amerika. Oh..seperti mimpi rasanya. Aku langsung mengambil foto
walaupun dengan wajah agak kusam ketika itu. Aku langsung unggah ke sosial
media dan mengucap syukur bahwa akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di negeri
Paman Sam tersebut.
Hingga pada akhirnya tibalah di
kota tujuan di mana aku akan menimba ilmu dan pengalaman. Omaha nama kotanya.
Nama kota yang sangat asing bagiku. Belum pernah sama sekali aku dengar sebelum
mendapatkan pengumuman bahwa aku akan ke kota itu. Tiba di penginapan malam
hari dan langsung istirahat. Karena belum ada jadwal untuk pagi harinya, aku
langsung berangkat ke kampus untuk melihat dan menjelajahi kampus. Tidak sabar
rasanya merasakan belajar di kampus bersama orang-orang yang memiliki latar
belakang yang jauh berbeda dari Indonesia. Hingga pada akhirnya bisa melihat
kampus terbaik di kota itu. Iya, University of Nebraska Omaha adalah kampus
terbaik di tempat ini. Bangga bisa menjadi salah satu bagian darinya.
Setiap mahasiswa di kampus yang
menjadi rangking pertama untuk permainan Hockey di USA ini disebut dengan
Mavericks. Jadi, aku adalah salah satu dari Maveriks tersebut. Yay! Kampus yang
sangat berbeda dengan kampus yang pernah aku kunjungi di negaraku sendiri.
Begitu banyak fasilitas kampus yang bisa digunakan secara gratis. Beberapa diantaranya
yang sangat terkenal adalah fasilitas perpustakaan yang lengkap, fasilitas
kesehatan, GYM, kolam renang, climbing, badminton, basket, dan banyak lagi
fasilitas olahraga lainnya yang ada di kampus. Semua gratis dengan dengan
menggunakan MavCard atau kartu mahasiswa. Pantesan aja pada sehat-sehat semua
ya. Hehe. Selain itu, perbedaan yang sangat menonjol adalah mereka bisa
menggunakan kaos oblong dan celana pendek ke kampus ataupun ke dalam kelas.
Sehingga, dalam pemikiranku setelah selesai olahraga bisa langsung masuk kelas.
Yah, mungkin inilah salah satu perbedaan budaya antara Indonesia dan Amerika.
Oh iya, aku bersama dengan 20
pemimpin muda dari 9 negara ASEAN lainnya memiliki semangat yang sama dan ingin
menimba ilmu di sana. 9 negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore, Laos, Cambodia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Jadi kami ada 21 orang. Kami menjadi sebuah
keluarga baru yang bersama-sama datang ke Amerika untuk belajar dan ingin
mengembangkan negara masing-masing supaya menjadi lebih baik. Energi positif
dari setiap keluarga baru inilah yang membuat aku semakin menggebu-gebu untuk
tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan ketika berada di salah satu negara
adi kuasa ini. Setiap hari memiliki pemikiran dan perkembangan yang baru dari
setiap individu dan saling menyemangati satu sama lain.
Dimulai dengan perkenalan kepada
teman-teman dari ASEAN dan para mentor adalah awal pertama kegiatan di Omaha,
Nebraska, USA. Setiap detik waktu sangat berharga bagiku karena aku hanya
memiliki waktu 5 minggu saja di negara ini. Walaupun awalnya masih agak jet
lag, tapi harus tetap focus pada setiap penjelasan yang diberikan oleh pihak
panitia di sana. Perkenalan dan ramah ramah kami lakukan sambil bermain bowling
dan makan pizza bersama. Semua berjalan dengan lancar dan tidak ada yang
canggung saat itu. Semua langsung berbaur satu sama lain. Rasanya bahagia
banget diterima dengan baik dan ramah oleh orang-orang di sana.
Minggu pertama setelah perkenalan
dosen, staff dan keliling kampus, kami memiliki kesempatan untuk melakukan test
strengths finder di kantor pusat Gallup, Inc. Sebagai seorang pemimpin kita
harus mengetahui kekuatan dan kelemahan kita. Tetapi focus dan kembangkanlah
kekuatan kita. Itulah hal yang paling penting dari tim Gallup yang sudah
berpengalaman dibidangnya sejak puluhan tahun lalu. Aku sangat bangga bisa
langsung berkunjung, melakukan test, dan bertemu langsung dengan senior
konsultan dari Gallup yang sudah memiliki pengalaman luar biasa pada bidang
ini. Kalau mau test sendiri mungkin aku harus mikir dulu karena biayanya
lumayan mahal. Selain itu, tidaklah mudah untuk bertemu, belajar, dan
berdiskusi secara langsung dengan senior konsultan yang aku temui ketika itu.
Namanya adalah Mrs. Heather Wright, Learning and Development Senior Consultant
for Gallup, Inc. Tidak hanya dengan beliau, kami juga memiliki kesempatan bertemu
dan berdiskusi dengan penulis buku yang baru saja diterbitkan tentang
Entrepreneurial Strength Finder yaitu Mrs. Sangeeta Bharadwaj Badal. Dari test
ini, kami mengetahui potensi apa yang harus dikembangkan dari kami untuk
menjadi pemimpin yang lebih baik kedepannya.
Minggu pertama juga kita sudah
mengikuti rangkaian kegiatan yang sangat menarik, diantaranya adalah
mengunjungi Old Market, mengunjungi Durham Western Heritage Museum, menghadiri
Global Studies Conference yang berhubungan dengan topik civic engagement dan mengunjugi
Fort Atkinson Living History. Aku banyak belajar tentang sejarah Amerika dari
kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Mulai dari kegiatan-kegiatan yang ada di
sana dan sukarelawan yang ada di Fort Atkinson. Orang Amerika sangat mencintai
sejarah dan senang sekali berkunjung ke museum. Museum di Amerika sangat bagus
dan membuat aku terkagum-kagum. Inilah salah satu perbedaannya dengan
Indonesia.
Belajar mengenai civic engagement
di kelas bersama dosen yang ahli di bidangnya menjadi salah satu agenda yang
aku suka. Aku belajar banyak mengenai leadership, management skills, government
system, politics, interfaith dialogue, conflict resolution, volunteerism, NGOs,
youth participation dan lainnya dari beberapa professor di kampus yaitu Mr.
Patrick McNamara, Mr. Paul Landow, Mr. Val McPherson, dan yang selalu
mengkoordinir setiap jadwal maupun segala kepentingan adimistrasi yaitu Mrs.
Katie Kresha. Kemudian mendapatkan kesempatan belajar bersama dengan
international students di kelas. Mambahas tentang ASEAN dan kami menjadi
narasumbernya secara langsung. Aku bangga bisa mempresentasikan dan menjelaskan
tentang Indonesia kepada mahasiswa internasional di sana. Banyak dari merka
yang kagum dan ingin sekali mengunjungi Indonesia setelah kami jelaskan
mengenai kehidupan, budaya, makanan, dan objek wisata di Indonesia.
Tidak hanya belajar dari dosen
saja, tetapi langsung dengan tokoh yang berperan penting dalam sistem
pemerintahan di Omaha dan Nebraska mereka adalah Captain Shayna Ray (Omaha
Police Department), Mayor Jean Stothert (Walikota perempuan pertama di kota
Omaha), City Council President Ben Gray, U.S. Representative Brad Ashford, Hal
Daub (Former Omaha Mayor) dan Mr. John A. Gale (Nebraska Secretary of State). Mereka
banyak menjelaskan tentang tantangan dan bagaimana cara menyelesaikan tantangan
tersebut. Salah satunya adalah dengan pola pikir yang baik dan benar. Karena
kejujuran sangat mahal harganya. Bekerjalah dengan jujur, maksimal, dan tulus
hati untuk masyarakat serta kebaikan orang banyak. Hal ini yang membuat aku
merasa sangat dibutuhkan oleh bangsa kita. Bekerja dengan tulus dan iklas untuk
kepentingan bersama. Sehingga tidak ada lagi korupsi yang merajalela.
Mementingkan kepentingan bersama dan saling membantu satu sama lain. Sistem
yang mereka miliki sangat baik. Salah satu contohnya adalah tidak adanya
nepotisme dan tindakan kecurangan di dalam kepemimpinan mereka. Ketika ada yang
melanggar, tanpa memandang jabatan atau status apapun akan langsung dipecat.
Karena mereka tidak membutuhkan orang-orang yang tidak benar. Kami juga
memiliki kesempatan bertemu dengan Hillary Clinton di Iowa.
Kemudian kita juga mengunjungi
tempat-tempat yang benar-benar memberdayakan anak-anak, para pemuda dan
orang-orang sekitar untuk saling membantu dalam berbagai hal. Diantaranya
adalah dalam bentuk pendidikan dan pemberdayaan. Tempat-tempat tersebut adalah
Boys Town, Habitat for Humanity, Malcolm X Birthsite Memorial, and Boys and
Girls Club. Kemudian kita juga langsung melakuan aksi nyata dengan berbagai
ketgiatan sukarelawan di Omaha maupun di Iowa. Melakukan aksi kecil tetapi
memiliki manfaat yang besar bagi sesama. Salah satu contohnya adalah yang aku
lakukan bersama beberapa mahasiswa lain yaitu membantu petugas di Habitat for
Humanity untuk memindahkan barang-barang bekas layak pakai yang akan digunakan
oleh orang-orang kurang mampu yang membutuhkan dari satu tempat ke tempat lain.
Para petugas di sana sangat senang karena mereka bisa melakukan pekerjaan lebih
dari sebelumnya. Kegiatan ini menjadi kegiatan favoritku karena aku sangat
senang dengan volunteerism atau sukarelawan sejak dulu. Aksi nyata yang bisa
dilakukan tanpa membutuhkan dana yang besar untuk mengimplementasikannya. Mulailah
dari hal yang kecil.
Di luar jadwal kunjungan dan
kelas atau materi, kami juga memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
yang lain seperti mengikuti acara Ramen Festival yang selalu dilakukan oleh masyarakat
di Omaha setiap tahunnya. Sangat banyak yang datang ke acara ini dan untuk
menikmati ramennya kita harus mengantri panjang. Selain itu, kami juga
merayakan Halloween Party di rumah salah satu mentor. Untuk pertama kalinya aku
merasakan pesta Halloween. Senang dan terharu karena kebaikan dan keramahan
semua orang di sana. Kemudian, pihak hotel tempat kami tinggal juga mengadakan
perlombaan untuk menghias pumpkin. Jadi benar-benar merasakan adanya Halloween
pada saat itu. Padahal Halloween
biasanya dirayakan pada tanggal 31 Oktober. Tetapi, karena kami tidak memiliki
waktu hingga tanggal tersebut, maka kami adakan lebih awal.
Di waktu yang lain, kami juga
memiliki kesempatan untuk melihat secara langsung perbatasan antara Iowa dan
Nebraska. Pedestrian Bridge namanya. Jadi, di jembatan itulah perbatasan antara
2 states yaitu Iowa dan Nebraska. Aku berdiri di 2 States dalam waktu yang
sama. Tepat di bawah jembatan itu adalah sungai Missouri. Bahagia rasanya!
Kemudian, kami melakukan kujungan ke kampus Tri-Faith namanya. Dikatakan
Tri-Faith karena terdiri dari 3 agama yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Jadi
kampus ini juga merupakan kampus yang terkenal untuk interfaith. Selain itu,
untuk pertama kalinya aku berbicang dengan Rabai (pemimpin agama Yahudi) dan
menginjakkan kaki di Synagogue (rumah ibadah agama Yahudi). Pengalaman baru
karena aku belum pernah bertemu dengan orang yang beragama Yahudi di Indonesia.
Pengalaman yang tidak kalah
menarik adalah ketika homestay di salah satu keluarga asli Amerika. Kami
homestay di Scott bluffs, Nebraska. Sekitar 8 jam dari Omaha tempat kami
tinggal dengan menggunakan bus. Aku
merasakan kebahagian yang luar biasa ketika orangtuaku di sana menganggapku
sebagai anaknya walaupun baru pertama bertemu dan hanya tinggal 2 hari saja di
sana. Aku tinggal di rumahnya dan merasakan kehangatan sebuah keluarga baru.
Rasa rindu kepada keluarga di Indonesia sedikit terobati. Aku merasakan
bagaimana budaya hidup bersama dengan keluarga Amerika. Mereka sangat
open-minded, memiliki jiwa peduli yang tinggi dan sangat menghargai satu sama
lain. Lagi-lagi mereka banyak bertanya tentang Indonesia dan mereka ingin
sekali berkunjung ke Indonesia. Wah, bahagia rasanya bisa terus mempromosikan
Indonesia. Bahkan mereka bilang silahkan datang ke sini kapanpun kamu mau.
Pintu selalu terbuka untukmu. Jangan ragu dan jangan sungkan. Anggap saja ini
rumah kamu. Terharu luar biasa ketika mendengar kata-kata itu. Aku bilang suatu
saat aku akan datang ke sini lagi dan aku juga memberikan tawaran kepada mereka
untuk datang ke Indonesia.
Kami juga memiliki kesempatan
untuk berkunjung dan belajar sejarah lagi ke beberapa tempat yang sangat indah
dan bersejarah lagi yaitu Scotts Bluff National Monument di Gering Nebraska dan Gunung Rushmore
South Dakota USA. Gunung Rushmore adalah gunung terkenal di Amerika Serikat tepatnya berada di dekat South Dakota. Di permukaan granit Gunung Rushmore terdapat
ukiran terbesar empat kepala presiden Amerika Serikat, yaitu George Washington (1732–1799), Thomas Jefferson(1743–1826), Theodore Roosevelt (1858–1919), dan Abraham Lincoln (1809–1865). Seorang Denmark-Amerika, Gutzon Borglum mengukir kepala tersebut di Gunung Rushmore.
Setelah banyak belajar tentang
kepemimpinan, budaya, sejarah dan lainnya di Nebraska, maka pada minggu keempat
kami berangkat ke Portland, Oregon. Transit di Minneapolis-St. Paul
International Airport dan menambah daerah Amerika yang bisa dilihat walaupun
hanya sekedar transit. DI Portland, kami memiliki jadwal tentang kepemimpinan
di Portland State University. Kampus terbaik di Portland. Bertemu dan belajar
langsung dengan dosen dan beberapa mahasiswa dari Portland State Univesrity.
Setelah selesai kelas, kami juga memiliki kesempatan untuk sharing session
dengan organisasi yang focus pada pemberdayaan dan volunteerism di kampus tersebut.
Saling belajar antara kedua belah pihak. Kemudian diakhiri dengan makan
bersama.
Setelah itu, kita memiliki
kesempatan untuk mengeksplore Portland. Di sinilah aku baru menyadari bahwa
ternyata tidak semua warga Amerika itu mampu dan hidup mandiri ataupun mewah.
Di Portland ini ternyata banyak aku temui orang yang tidak punya rumah
(homeless) dan agak menyeramkan juga. Tetapi untungnya tidak menggaggu. Ketika
aku tanyakan kepada dosen dan mentor tentang homeless ini, mereka menjawab
bahwa inilah salah satu tujuan kita membawa kalian ke sini supaya kalian juga
tahu sisi yang buruk dari Amerika. Jadi Amerika itu juga bukan orang-orang yang
sepenuhnya mampu secara financial. Kita juga masih belajar dan berusaha
bagaimana cara mengatasi masalah ini. Jadi, sebagai pemimpin muda untuk negara
kalian harus berusaha melakukan yang terbaik dan jangan menilai langsung dari
sisi depannya saja. Harus melakukan observasi lebih dalam untuk mendapatkan
hasil yang baik dan maksimal. Kemudian kita berkunjung dan melihat keindahan
alam di Bonneville Dom, Multnomah Falls, dan Colombia River. Di Portland ini
jugalah aku temukan kebun bunga mawar yang sangat indah dan toko buku terbesar
dan terlengkap selama aku hidup di dunia ini. Aku sangat senang sekali ketika
bisa berkunjung ke took buku tersebut. Semoga suatu saat Indonesia akan
memiliki toko buku seperti itu.
Setelah beberapa hari di
Portland, maka tibalah saatnya kami berangkat ke tempat tujuan akhir yaitu
Washington, DC. Kesedihan sudah mulai terlihat di mata setiap peserta karena
sebentar lagi akan segera berpisah dan kembali ke negaranya masing-masing.
Setibanya ke Washington DC, kami juga sudah memiliki jadwal yang sudah
terencana. Menghabisakan waktu untuk belajar dan mengunjungi tempat-tempat
bersejarah di sana. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah American History
Museum, National Air & Space Museum, Natural History Museum, U.S.
Capitol, the Library of Congress,
Lincoln Memorial, Martin Luther King, Jr. Memorial, Washington Monument, White
House, dan akhirnya penutupan dan pemberian sertifikat di Department of State.
Sebelum pemberian sertifikat,
setiap peserta memaparkan rencana aksi yang akan dilakukan setelah kembali ke
negaranya masing-masing. Rencana aksi ini sudah dibahas ketika berada di kampus
dan sudah dilakukan pelatihan elevator speech sebelumnya. Jadi setiap peserta
tidak canggung lagi dan sudah sesuai dengan waktu yang diberikan.
Walaupun banyak kekurangan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia jika dibandingkan dengan Amerika, tetapi aku
tetap bangga menjadi bangsa Indonesia. Terkadang aku sedih jika
membandingkannya. Tetapi, inilah kenyataan yang harus aku hadapai. Ini pukulan
tersendiri bagiku. Kalau bukan bangsa Indonesia sendiri yang merubahanya, lalu
siapa lagi? Inilah yang menjadi tugas kita semua sebagai pemuda yang peduli
terhadap bangsa dan tanah air ini. Aku lahir dan dibesarkan di Indonesia dan
aku harus melakukan sesuatu untuk melakukan perubahan. Perubahan sekecil apapun
untuk kebaikan bersama. Karena aku percaya bahwa setiap yang besar pasti
berasal dari yang kecil terlebih dahulu. Kalaupun aku tidak bisa merubah bangsa
ini dalam waktu yang cepat, setidaknya aku bisa merubah diriku dan komunitasku
menjadi lebih baik. Sehingga akan semakin banyak orang yang berubah dan berbuat
baik demi kepentingan orang banyak. Yang aku pelajari dari setiap kegiatan yang
dilakukan selama di sana adalah banyak bersyukur dan berterima kasih bahwa aku
masih diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk terus belajar. Belajar
dari setiap perkataan, pemikiran, dan tingkah laku orang lain. Belajar dari
kemajuan sistem pemerintahan, komunikasi, dan teknologi. Balajar untuk menjaga
tingkah laku karena membawa nama bangsa. Belajar dari setiap pengalaman di
Amerika menjadikanku ingin sekali mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk
bersatu dan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi bangsa yang jujur dan
adil serta memiliki jiwa kekeluargaan yang tinggi sehingga terciptanya bangsa
yang rukun, damai, dan sejahtera. Semua harus dimulai dari diri sendiri. Jangan
pernah mengharapakan perubahan kepada bangsa ini jika diri kita sendiri belum
bisa berubah.
No comments:
Post a Comment