Friday, 20 September 2013

PERJUANGAN MENJADI SEORANG SARJANA



PERJUANGAN MENJADI SEORANG SARJANA
Pertengahan Agustus 2009 seorang pemuda yang bernama Robinson Sinurat kali pertamanya menginjakkan kaki di Provinsi Sumatera Selatan untuk memulai perkuliahannya di Universitas Sriwijaya. Ia lulus di jurusan Fisika FMIPA UNSRI melalui jalur SNMPTN. Banyak masalah yang harus beliau hadapi sebelum berangkat ke bumi sriwijaya ini. Salah satunya adalah mengenai keuangan. Ketika itu, orang tua beliau menyarankan untuk bimbingan lagi guna mengikuti test tahun depan supaya lulus di fakulltas yang Robin inginkan. Tetapi, Ia bersih keras untuk tetap melanjutkan perkuliahannya di jurusan Fisika FMIPA Unsri. Tuhan Maha penolong. Pada saat itu juga orangtuanya mendapat sebagian bantuan dana dari sahabat dekatnya yang bernama Meylinda Sembiring di Medan untuk keperluan pendaftaran ulang. Sehingga beliau bisa berangkat untuk melanjutkan pendidikannya. Beliau tiba di kampus Universitas Sriwijaya Indralaya yang sangat rindang. Setibanya disana beliau langsung bertemu dengan teman yang berasal dari satu sekolah ketika SMA di Medan, namanya Yosefa Fatricia Pane. Mereka bersama-sama mencari tempat kosan. Mereka sama-sama mencari tempat kosan yang terjangkau. Setelah beberapa kosan yang telah ditanya, akhirnya menemukan kosan yang terjangkau dan Bapak kosan yang sangat baik. Nama kosannya adalah Bedeng Marissa. Ketika itu, Robin tidak memiliki uang untuk membayar kosan setahun karena uang yang diberikan oleh orangtua hanya cukup untuk membayar uang registrasi ulang dan uang makan untuk beberapa minggu saja. Beliau tidak malu dan langung jujur kepada Bapak kosan bahwa beliau tidak punya uang untuk membayar kosan. Akhirnya, Bapak kosan memberikan tawaran kepada beliau untuk tinggal bersamanya hanya dengan membayar setengah harga kosan setahun. Tidak berfikir panjang lagi beliau langsung menerima tawaran itu. Walaupun demikian, Robin hanya bisa membayar seperempat dari harga tersebut. Sunggguh, beliau ini tidak pantang menyerah. Awal perkuliahan dimulai dengan beberapa mata kuliah dan beberapa praktikum. Buku modul praktikum harus dibeli dan beliau mulai pusing lagi untuk mencari uang darimana. Untuk makan saja terkadang beliau hanya makan satu kali dalam sehari. Ingin bercerita kepada orangtua, tetapi ketika itu orangtua juga sangat-sangat krisis. Kemauan beliau yang menjadikannya tetap bertahan. Semua buku modul dibayar dengan uang yang seharusnya untuk makan. Lalu beliau curhat kepada teman dekatnya di bedeng itu (Yosefa). Yosefa juga tidak memiliki uang kiriman yang lebih, tetapi beliau mau untuk berbagi. Setiap pagi mereka hanya sarapan indomie yang telah dibeli 1 kardus untuk persiapan beberapa minggu kedepan ketika kiriman baru datang. Begitulah hingga beberapa minggu. Beberapa minggu berlalu, Robin sudah mulai banyak mengenal orang-orang yang kira-kira bisa diajak untuk mengerti keadaannya. Namanya Jenni  Sitanggang dan Robin sering menyebutnya lauk. Lauk menjadi nama panggilan untuk Robin dan Jenni. Jenni sering membantu Robin dalam hal keuangan dan mendengarkan cerita tentang kehidupan yang beliau alami. Taklama setelah itu, Robin juga bertemu dengan seorang senior dari Fakultas Ekonomi dan telah mendengar cerita tentang beliau, namanya Bang Hendra. Bang Hendra ini mengajak Robin untuk bertemu dan tiba-tiba memberikan bantuan dana yang sangat-sangat membantu beliau pada saat itu. Orang tua beliau hanya mengirim 250 ribu rupiah perbulan selama 3bulan pertama. Hal itulah yang membuat beliau tidak bisa seperti teman-temannya yang lain untu makan sesuai selera. Beliau harus mengatur uang tersebut semaksimal mungkin. Kalau melihat penampilan beliau, terkadang tidak percaya bahwa beliau tidak memiliki uang. Tetapi, itulah faktanya. Sehingga benar kata pepatah yakni jangan menilai orang dari penampilan luarnya saja. Pada bulan ke 3 ketika iyu, Robin mendapat bantuan dari abang kandungnya yang bekerja di Medan. Abangnya ini adalah orang yang selalu membantu ketika memiliki uang yang cukup untuk membantu. Beberapa bulan sudah berjalan perkuliahan, Robin masih tetap bertahan dan bertemu dengan seorang wanita yang bernama Maria Alvyonita Sembiring. Maria adalah satu marga dengan Robin sehingga dipanggil tona (ito). Ketika itu, orangtua dari Maria (Pak Uda Robin karena satu marga) bekerja di kantor pajak Palembang. Setiap bertemu dengan Robin, orangtua dari Maria selalu memberikan beliau uang. Tidak tahu kenapa orangtua Maria tersebut baik banget kepada Robin. Padahal baru pertama bertemu dan tidak pernah bercerita tentang apapun itu. Bahkan Maria sendiri heran kenapa bisa begitu. Inilah yang dikatakan Tuhan Maha tahu dan mukjizat itu sungguh ada. Sebelum semester 1 berakhir, Robinson mengurus beasiswa dan mendapatkan beasiswa BBM. Perjuangan untuk mendapat beasiswa itu juga sangat luar biasa karena bermasalah dipengurusan rekening baru. Ketika itu harus memiliki KTP setempat, padahal Robin berasal dari Medan. Robin langsung melapor ke petugas rektorat dan Pak Maisonlah yang akhirnya turun tangan langsung membawa beliau ke bank untuk mengurus semuanya itu. Puji Tuhan semua berjalan dengan baik karena kejujuran dan keberanian beliau. Sehingga bisa membayar uang kuliah semester berikutnya. Semester satupun berakhir dan Robin pulang ke Medan naik pesawat yang sebagian tiketnya dibayari oleh orangtua dari Maria. Setibanya di Medan, Robin menceritakan apa yang beliau alami selama di perkuliahan dan orangtuanya sangat terharu dan berusaha lebih keras lagi untuk  bisa mengirimkan uang setiap bulannya. Liburan selesai dan Robin kembali ke Indralaya untuk kuliah dan pindah kosan karena menemukan teman baru yang sudah cocok dengan beliau dan tidak perlu lagi untuk membayar kosan karena tempat tersebut khusus untuk mahasiswa Katolik yang sering disebut orang-orang pondok. Beliau tinggal bersama 6orang lainnya yakni Petrus, Ronal, Venmatris, Hermanus, Mas Mul dan Bang Fredy. Beliau merasa nyaman dan senang tinggal disana karena sudah seperti keluarga sendiri. Semester 2 dimulai dan bulan pertamanya Robin mendapat uang kiriman seperti yang sudah dijanjikan oleh orangtuanya. Tetapi, pada bulan kedua mulai macet lagi dan tidak mengirimkan uang. Robin merupakan anak yang tidak mau menambah beban orangtuanya sekalipun seharusnya itu sudah kewajiban orangtuanya. Beliau curhat kepada Maria dan tanpa sepengetahuan Robin, Maria menceritkan hal tersebut kepada orangtuanya dan orangtua Maria langsung menyuruh Maria memberikan bantuan kepada Robin. Wow…sungguh Maria dan orangtuanya menjadi malaikat penolong kepada Robin setiap beliau membutuhkan pertolongan. Semester 2 masih hal yang seperti itu terjadi untuk beberapa kali. Sebelum semester 2 berakhir, Maria mengikuti test SNMPTN dan mengambil pilihan di Medan. Semester 2 berakhir dan liburan pun tiba. Tanpa sepengetahuan Robin, ternyata orangtua Maria telah membeli tiket pesawat untuk 2 orang ke Medan. Wahh,,sungguh sangat terharu dengan ini semua.  Robin dan Maria pun pulang ke Medan dan liburan selama beberapa minggu. Sebelum masuk perkuliahan, terdengar kabar bahwa Maria lulus SNMPTN di Medan dan orangtuanya juga pindah tugas ke Medan. Robin sangat terpukul dan bingung akan mendapatkan bantuan darimana lagi nantinya. Lagi-lagi Robin tidak menyerah dan kembali ke bumi sriwijaya untuk melanjutkan perkuliahannya. Semester 3 dimulai dan kasus yang sama kembali terulang lagi dipertengahan semester 3 tersebut. Beliau kembali menceritakan hal tersebut kepada Maria dan orangtuanya masih membantu. Diakhir perkuliahan semester 3 kembali lagi dilanda hal yang sama, tetapi beliau tidak lagi mau menceritakannya kepada Maria karena tidak mau bergantung dengan orang lain terus. Pada saat itu, Robin melamar menjadi tentor fisika di bimbingan belajar Medica dan diterima. Beberapa bulan disana, Robin keluar karena jadwal kuliah yang kurang teratur. Ketika mengajar beberapa bulan disana, beliau tidak meminta kiriman kepada orangtua melainkan bisa mengirimkan baju batik kepada kedua orangtuanya. Orangtuanya sangat terharu akan hal tersebut. Pada semester 4, beliau mengisi waktunya untuk aktif di gereja dan di kepanitian natal di kampus dan beliau menjadi ketua ketua perkumpulan marga (Silahisabungan Unsri). Begitu juga di kampus, beliau menjadi Vice President SC UNSRI AAPG. Sejak saat itu, beliau mulai aktif di organisasi. Semester  4 berakhir dan IPK masih lumayan baik walapun ada yang harus diulang. Semester 5 mulai dan keuangan dari orangtua sudah mulai membaik. Sudah banyak perubahan pada saat itu dan sudah banyak mengenal orang-orang yang berprestasi seperti  Kak Rainy, Kak Ziee, Kak Dody dan Kak Beni. Mereka ini memotivasi beliau untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan Robin mencoba beasiswa IELSP tetapi gagal. Hal tersebut memacu beliau untuk tetap berjuang. Semseter 5 berakhir dengan mimpi beliau harus menginjakkan kaki ke luar negeri dari hasil usaha akan beliau lRobinkan. Mimpi itu terus ada di hati beliau dan mulai sering mencari info tentang beasiswa-beasiswa yang seperti itu dan pada akhirnya tahun 2011 sudah berakhir serta tahun 2012 pun tiba. Tepatnya 2 Januari 2012 tanpa sengaja Robin berkenalan dengan seseorang dari dunia maya. Yapp..Robin berkenalan dengan I Gede Pandu Sang Pemimpi (nama facebooknya). Hanya sekedar kenal dan komunikasi via facebook dan mobile. Robin sering konsultasi dengan beliau mengenai kuliah, beasiswa, keluarga dsb. Pandu juga memperkenalkan Robin dengan Agus Burniat yang satu kampus dengan Robin. Hahahha.. orang jauh yang memperkenalkan teman satu kampus. Pada waktu itu hanya sms dan chat dari facebook sama Agus. Ketika itu Pandu bertanya kepada Robin mengenai kegiatan kepemudaan. Kebetulan sekali Robin tertarik dalam hal tersebut hanya saja tidak adanya wadah atau kegiatan kepemudaan tersebut di daerah tempat tinggal Robin (Layo). Akhirnya Pandu menyarankan Robin untuk mendaftar event kepemudaan yang akan dilaksanakan bulan Februari di Bandung. Nama kegiatan itu adalah Indonesian Young Changemakers Summit. Robin mendaftar untuk gelombang kedua karena gelombang pertama sudah ditutup. Robin berusaha untuk bisa lulus acara ini dengan membuat essay sebaik mungkin semampu Robin. Pada waktu itu, Robin bergadang membuat essay tersebut dan berusaha meminta surat rekomendasi dari organisasi-organisasi yang Robin ikuti di kampus maupun di luar kampus. Tidak lama kemudian, hasil kerja keras Robin itu membuahkan hasil yang membayar lunas semua kerja keras Robin tersebut. Robin terpilih menjadi salah satu observer  dari 100 pemuda terpilih se-Indonesia. Sangat bangga bisa lolos karena ini adalah event pertama yang Robin ikuti. Acara tersebut berlangsung di Bandung pada tanggal 10-13 Februari 2012. Ketika itu Robin juga sedang melaksanakan kerja praktik di sebuah perusahaan di Sumatera Selatan (baru beberapa hari). Dengan memberanikan diri, Robin meminta izin kepada pembimbing dan pimpinan di perusahaan tersebut supaya Robin bisa mengikuti kegiatan ini. karena yang ada dibenak Robin adalah ini kesempatan emas bagi Robin. Kesempatan ini tidak datang dua kali dan ini adalah jalan untuk bisa berkembang lebih baik lagi kedepannya. Robin diberikan izin dan berangkat ke Bandung. Ketika kegiatan itu berlansung Robin sangat bangga bisa bertemu dengan orang-orang muda Indonesia yang luar biasa. Para pembicara yang sangat luar biasa juga (Joko Widodo, Tri Mumpuni, Sandiago Uno dll). Inilah kegiatan pertama yang membuat Robin ingin lebih banyak mengikuti kegiatan dan bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar. Diantara semua observer mungkin hanya Robin yang baru pertama kalinya mengikuti ajang seperti ini. Tetapi, hal ini tidak menjadi masalah buat Robin, karena terpilih saja sudah sangat bangga dan Robin banyak belajar dari teman-teman yang ada pada waktu itu. Acarapun selesai dan semuanya sudah seperti saudara dekat yang dipertemukan dalam acara yang luar biasa ini. Senang  juga bisa berfoto berdua dengan Albert AFI.  Robin pulang dari Bandung dan lansung melanjutkan kerja praktik. Ketika itu banyak masalah yang terjadi mengenai kerja praktik (magang) tersebut. Mulai dari pembimbing yang cuek dan sering keluar kota dan tindakan yang menjengkelkan dari pembimbing itu. Robin jadi agak lama disana, sedangkan Robin sudah masuk kuliah. Sehingga Robin harus mengorbankan kuliah Robin selama 2minggu. Robin langsung cerita kepada salah seorang pemimpin yang bekerja disana. Akhirnya Robin mendapat saran dan akhirnya kerja praktik Robin selesai tanpa pembimbing yang menjengkelkan itu. Semua yang bekerja disana sangat baik dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi kecuali pembimbing Robin itu. Semuanya Robin lalui dengan semangat, usaha dan doa. Setelah kerja Praktik selesai Robin bertemu langsung dengan Agus di perpustakaan dan memberikan oleh-oleh darinya dan dari Pandu juga. Wahh.. senang sekali dapat hadiah langsung dari USA. Inilah awal perkenalan langsung dengan Agus Burniat dan langsung ditawarin untuk join dalam acara Interfaith Youth Forum 2012 yang akan dilaksanakan di Palembang. Robin setuju dan bergabung dengan team. Robin mendaftar BEM Kampus dan ditantang untuk membuat tulisan. Robin selesaikan malam itu juga dan Robin dipanggil untuk wawancara. Robin lolos menjadi angggota BEM Kampus. Pada bulan Maret, Robin ditawari ikut acara di Malaysia oleh salah satu teman ketika acara di Bandung. Robin mendaftar dan Robin lolos dalam acara ADIC Development international Conference. Dengan penuh semangat mengajukan proposal ke kampus dan beberapa perusahaan. Sembari menunggu jawaban Robin langsung mengurus paspor. Karena mengurus paspor ini Robin sakit karena terkena hujan bebarapa kali dan kurang istirahat ketika itu. Akibatnya Robin tidak ikut dalam latihan dasar organisasi (LDO) BEM UNSRI. Robin gagal berangkat ke Malaysia tetapi semangat Robin belum juga pudar. Robin ditawari lagi oleh teman dari acara yang di Bandung juga untuk mendaftar acara yang di Filipina. Robin lolos dalam acara tersebut (United Nations Alliance for Peace Volunteerism) di Manila Filipina. Robin kembali lagi membuat proposal ke kampus dan ke beberapa perusahaan lagi. Ketika membuat proposal tersebut ke kampus, Robin bertemu dengan 3orang lainnya yang  berasal dari UNSRI juga lolos dalam acara ini (Janthe, Putri dan Riska). Kami cari sponsor bersama-sama tetapi dana kami tidak mencukupi. Alternatif lainnya kami mendaftar acara di Kuala lumpur. Kami lolos dan berangkat ke Kuala Lumpur. Sungguh menjadi pengalaman yang luar biasa Robin bisa berangkat ke luar negeri. Untuk pertama kalinya Robin menginjakkan kaki di luar negeri walaupun hanya di Kuala Lumpur Malaysia Robin sangat bangga karena ini benar-benar hasil perjuangan bersama. Robin menjadi Head Delegate karena Dekan Robin yang sangat baik yang selalu membantu dalam proses ini. Kerjasama yang luar biasa menghasilkan buah yang manis. Kita menikmati hasilnya bersama-sama. Thanks guys, we are amazing. Sepulangnya dari Kuala Lumpur kembali ke kegiatan yang telah terprogram di jadwal Robin yaitu Interfaith Youth Forum 2012. Acara ini sebenarnya direncanakan bulan Mei 2012. Tetapi karena berbagai hal, acara diundur menjadi bulan September. Pada waktu itu, Agus melakukan penerimaan volunteer dan diseleksi langsung olehnya hingga terpilih 10 orang volunteers. Robin tidak menyangka kalau Robin masih diterima sebagai volunteer juga saat itu. Total volunteer untuk Interfaith Youth Forum 2012 ada 11 orang. Berkenalan dengan semua sukarelawan tersebut sangat cetar membahana. Bertemu dengan orang-orang luar biasa yang berasal dari satu kampus (Dian, Tian, Heru, mb Nova, mb Nurul, mb Nisa, Riska, kak Rudi dan Handri) dan seorang lagi yang tidak memunculkan batang hidungnya. Setiap diadakannya rapat, pasti ada saja lelucon baru yang akan dikeluarkan oleh teman-teman yang mengikuti rapat ini. Jadi, kalau tidak ikut rapat itu rasanya ada yang kurang. Pada saat itu semester 6 berakhir dan libur semester tiba. Robin tidak pulang kampung dan tidak mengikuti semester pendek juga. Beliau berangkat ke pulau Jawa untuk mencari ilmu dan pengalaman. Selama liburan semester, Robin mendapat teman dan pengalaman baru. Beliau sudah menginjakkan kaki di Jogjakarta, Solo, Surabaya, Kediri, Malang dan Bali. Tidak punya saudara tetapi memiliki kemauan untuk berkembang. Itulah sifat beliau yang menjadikan beliau menjadi seperti sekarang ini. Liburan selesai dan kemblai ke Palembang. Ketika itu Robin diperkenalkan Agus dengan mba Deslina dan diajak bergabung dalam team mereka juga, berkenalan dengan mba Trida dan Yuk Eka setelah itu dengan mba Adhe dan mba Devi. Dengan senang hati Robin bergabung dalam team ketik itu. Kemudian, mereka jadi panitia local acara roadshow Global Youth Forum di kampus. Robin bertemu dengan orang-orang hebat lagi yaitu mba Devi, Angga dan Achie dan banyak lagi. Mereka ini sungguh cetar membahana juga. Selalu semangat kalau ketemu mereka-mereka ini. Sumber inspirasi dan selalu memeberikan motivasi yang luar biasa. Bangga bisa mengenal mereka ini. Sebelum acara IYF 2012 berlangsung, kita kedatangan 2orang panitia inti dari Jakarta yaitu Pandu dan Muhibi. Kita bekerja sama semampu kita untuk mensukseskan acara ini. Bahkan beberapa diantara kita harus mengorbankankan perkuliahnnya demi acara ini. Beberapa hari tidak kuliah demi acara ini dan memang benar-benar orang yang totalitas dalam melRobinkan suatu pekerjaan. Hingga acara IYF 2012 berjalan dengan sangat baik berkat semua kerja keras dari seluruh panitia. Robin sangat bangga menjadi bagian dari IYF 2012. Bertemu dengan orang-orang yang mantap (Dr.Rebecca, Mba Yeni beserta suami, Mr.James Poon, Kak Tya, Mas Gugun dan seluruh peserta secara Nasional). Banyak pengalaman yang Robin dapatkan dari acara ini. Kalau kata orang Palembang “iwaknyo teraso”. Kemudian, beliau dan teman-temannya mendaftar menjadi peserta dalam pemilihan Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012. Sebelum mendaftar, orang hebat yang Robin kenal bertambah lagi yaitu kak Uyunk. Kami semua mendaftar acara tersebut. Mereka semua (Agus, Heru, kak Uyunk dan Robin) terpilih menjadi finalis. Mereka semua bahagia dan akan bersaing sehat keesokan harinya. Tepatnya tanggal 10 Oktober 2012 kita masuk ke babak final dan akhirnya terpilih 1 pasang Duta dan 1 pasang Wakil Duta. Puji Tuhan Robin menjadi Wakil Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012 dan Heru sebagai Duta Bahasanya. Tidak lama setelah itu, pengumuman peserta yang lolos dalam acara Forum Indonesia Muda angkatan 13 juga akan segera diumumkan. Puji Tuhan banget, dari dua ribuan lebih pendaftar, yang diterima hanya 120 orang dan Robin menjadi salah satu diantara 120 orang tersebut. Oh, sebelumnya Robin juga sudah lolos dalam acara Youth Peace Ambassador (YPA5) di Kaeng Krechan, Thailand. Sembari meununggu dana dari proposal ke berbagai perusahaan. Woww…sesuatu ya. Robin berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan FIM 13 tersebut dengan rasa bangga. Sebagai salah seorang perwakilan kampus. Disana Robin banyak bertemu dengan oraang-orang yang luar biasa lagi. Sebelum berangkat ke Jakarta, Robin juga sudah mendapat info akan diadakannya acara Global Peace Volunteer di Bandung. Ketika mengetahui informasi akan diadakannya camp pada tanggal 3-4 November 2012 di Bandung, Robin sudah sangat tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena Robin akan mengikuti salah satu kegiatan pemuda juga di Jakarta pada tanggal 26-29 Oktober. Sehingga sudah memiliki rencana untuk hal tersebut. Ternyata, tanggal 30 Oktober dan 1 November Robin ada MID semester yang pada umumnya tidak ada ujian susulan. Sehingga, Robin memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan ini. Setelah selesai mengikuti acara yang di Jakarta, Robin beserta teman2 yang lain berangkat ke Bandara dan berencana untuk menginap di Bandara karena mereka sudah membeli tiket keberangkatan di pagi hari sedangkan Robin belum membeli tiket. Robin sudah terlebih dahulu meminta bantuan kepada teman2 yang ada di Palembang untuk melihat harga tiket untuk tanggal 30 Oktober. Ternyata di booking oleh mba Trida dan Robin tinggal membayar via atm. Karena waktu untuk pembayaran tidak lama lagi, Robin tidak check untuk tanggal keberangkatnnya dan langsung Robin bayar. Setelah Robin bayar, ternyata tanggal yang tertera adalah tanggal 30 November.  Ini karena rasa senang beliau hingga tidak memperhatikan bulan nya lagi. Wow..Robin bingung dan langsung beranjak ke kantor tiket tersebut. Setelah panjang berbincang-bincang dengan petugasnya, akhirnya harga tiket yang sama dengan tiket yang sudah Robin bayar adalah tanggal 31 Oktober. Robin langsung setuju dan membelinya. Menginap di bandara tidak menyenangkan. Robin tidak bisa tidur karena harus menjaga dua orang wanita yang akan berangkat keesokan harinya. Sambil menjaga mereka, Robin online, chat, dan bercerita dengan seseorang teman yang luar biasa menurut Robin (Pandu). Akhirnya beliau menyuruh Robin untuk tinggal di rumahnya. Sungguh, Robin tidak memiliki rencana yang seperti ini. Besok paginya Robin langsung berangkat ke tempat yang telah beliau janjikan sebelumnya. Bertemu dengan beliau dan langsung berangkat ke kantor dimana beliau sedang magang. Robin bertemu dengan orang-orang yang luar biasa disini (Kak Tya, Kak Nadya, Kak Anggie, Mas Gugun, Ika, Bang Donnie, Tata, Sabil dan tentunya Ms.Yorching). Dari hati terdalam mengucapkan syukur yang luar biasa bisa bertemu dengan mereka. Keesokan harinya kita melakukan aktivitas seperti biasa sambil menunggu keberangkatan Robin besok paginya. Sekitar pukul 17.48 WIB pihak ticketing menghubungi Robin dan memberitahukan adanya perubahan jadwal penerbangan. Penerbangan Robin dipercepat. Robin cerita kepada orang-orang luar biasa yang ada di kantor dan mereka langsung memberi saran untuk meminta kembali uang tiket tersebut karena itu termasuk kesalahan mereka. Tanpa pikir panjang Robin pun langsung menyetujui hal tersebut. Robin lansung menghubungi dosen yang akan mengadakan MID. Robin tidak menyangka kalau Robin akan diberikan izin. Suatu hal yang luar biasa yang tidak bisa Robin bayangkan. Kemudian, seorang wanita luar biasa menyamar menjadi ibu Robin (kak Anggie) dan langsung menghubungi pihak ticketing untuk membahas hal ini.  hasil yang memuaskan akhirnya uang Robin akan dikembalikan sepenuhnya dalam waktu 1 hari. Waduh, sunggguh tak terbayangkan. Akhirnya Robin mengikuti Global Peace Volunter Camp di Bandung. Sungguh, keinginan yang ikhlas dan luar biasa dari hati terdalam ini menjawab semuanya. Robin bisa mngikuti camp ini dengan kesungguhan hati untuk belajar lebih baik dan bisa menjadi contoh di daerahku. Robin sangat bangga bisa dikasih kesempatan yang luar biasa ini. acara ini sangat baik baik kaum muda yang akan menjadi motor dari bangsa dan negara ini. pelayanan dari panitia sungguh Robin nikmati. Peserta dan panitia yang luar biasa yang membuat Robin menikmati camp ini. Robin kembali Palembang dan melRobinkan aktivitas seperti biasa sambil follow up dana untuk cara ke Thailand. Ternyata, Robin kurang beruntung dan Robin gagal berangkat ke Thailand. Tetapi, Robin tidak patah semnagat. Robin selalu berharap bisa melRobinkan yang lebih baik lagi kedepannya. Ketika acara FIM, Agus menghubungi Robin dan bilang kalau kami diundang oleh pihak UNFPA ke Jakarta untuk acara Indonesian Youth Speak Out. Robin langsung setuju dan bilang kalau Robin bisa. Sebelum berangkat ke Jakarta, maka pengumuman yang menjadi Volunteer ke Bali dalam acara Global Youth Forum pun diumumkan dan Robin tidak lolos. Robin bangga bisa melihat tiga teman Robin bisa lolos mewakili Palembang yaitu, Kak Uyung, Agus dan Youwen. Sedikit kecewa tidak lolos, tapi harus menjadikan ini sebagai batu loncatan untuk lebih berjuang lagi dan selalu bersyukur. Akhirnya kita sama-sama berangkat ke Jakarta tepatnya di Hotel Akmani Jakarta. Disana kembali lagi dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa. Indonesian Youth Speak Out ini menjadi salah satu motivasi Robin untuk bisa lebih baik lagi. Setelah itu, Robin memperpanjang waktu Robin di Jakarta supaya bisa mengikuti launching CINTAindonesia di @america Jakarta. Itu pertama kalinya Robin menginjakkan kaki di @america. Lagi-lagi orang yang yang Robin temui itu tidak kalah dari yang sebelum-sebelumnya. Robin semakin sadar kalau Robin ini tidak ada apa-apanya. Dari sini Robin bisa ambil kesimpulan kalau sombong itu tidak ada gunanya. Karena, kita pintar masih ada yang lebih pintar, kita kaya masih ada yang lebih kaya, kita ganteng masih banyak lebih ganteng dsb. Jadilah ilmu padi yang semakin berisi semakin merunduk. Sebelum launching cinta indonesia tersebut, pengumuman yang lolos SUSI RPA 2013 udah final sebanyak 20 orang yang akan berangkat ke USA. Sangat menyedihkan ketika itu, nama Robin tidak ada diantara 20 orang trsebut. Robin sangat terpukul karena ingin sekali belajar lebih lagi tentang religious pluralism disana serta USA adalah salah satu negara yang menjadi impian Robin. Beberapa hari Robin koreksi diri dan mendapat jawaban nya. Hhe. Memang belum waktunya Robin berangkat kesana. Robin bangkit kembali dan tetap bermimpi bisa menginjakkan kaki di negeri Paman Sam itu suatu saat nanti. Aminnnnn. Perjalanan Robin di tahun 2012 diakhiri di Jakarta dalam acara Launcing CINTAindonesia tersebut. Dilanjutkan dengan merayakan Natal dan mengakhiri tahun 2012 di Indralaya. Kegagalan dan kesuksesan tahun 2012 sungguh luar biasa. Tahun 2012 benar-berubah total dari beberapa tahun sebelumnya. Kemauan dan semangat yang beliau miliki tidak pernah pudar yang membawa beliau bisa menjadi seperti pada tahun 2012. Mulai tahun 2012 ini keuangan orangtua sudah membaik dan selalu mendapat kiriaman yang cukup. Kesabaran dan doa yang tulus mendapat balasan yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Perjuangan orangtua membuat beliau harus membalas dengan gelar sarjana yang akan diraih nantinya. Tahun 2013 dimulai dengan kegiatan CINTA Jakarta dan berjalan dengan baik. Pada tahun 2013 menjadi tahun yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Keuangan juga tidak pernah lagi bermasalah. Tuhan memberikan semuanya cukup dan sunggguh luar biasa. Semakin menyatu dengan teman-teman sekelompok yang beliau yang  disebut dengan partner in crime (Agus, Dian, Heru, Riska dan Tian). 4 diantara mereka (Robin, Dian, Agus dan Riska) lolos ke kegiatan internasional di Jakarta yaitu ASEAN Conference. Mereka berangkat dengan dana yang kekurangan. Demi membawa nama Universitas Sriwijaya ke dunia internasional keempat mahasiswa ini tetap memberanikan diri berangkat. Ketika itu, mereka dibantu penginapan oleh pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan. Jadi, tidak terlalu banyak menanggung kekurangan. Tepatnya pada bulan Mei, pemilihan mahasiswa berprestasi se Universitas Sriwijaya. Robin menjadi perwakilan mahasiswa berprestasi FMIPA 2013. Robin menjadi harapan 3 pada pemilihan tersebut. Pada bulan Mei juga, Robin menjadi wakil ketua pelaksana Global Peace Camp 1.15 Asia Pasific Regional Camp yang dilaksanakan di Palembang. Robin selalu membawa nama Jurusan Fisika FMIPA dan nama Universitas Sriwijaya disetiap kegiatan yang beliau ikuti. Setelah camp tersebut selesai, Robin menjadi ketua pelaksana “the Power of Rupiah Universitas Sriwijaya”. Kegiatan ini betemakan aksi kecil harapan besar. Kegiatan tersebut berlangsung dengan baik berkat bantuan dan kerjasama dari setiap anggota U-Gen Palembang yang memiliki hati untuk saling membantu. Hasil dari “the Power of Rupiah Universitas Sriwijaya” ini dilakukan service di Pada tanggal 1 Juli 2013 (Pukul 06.00 WIB – 10.30 WIB), dilaksanakan kunjungan ke panti asuhan Aisyah di daerah Suka Bangun II Palembang. Pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB dan melakukan kunjungan ke Panti Jompo Werdha yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Panti Asuhan Aisyah. Kunjungan kedua ini melaksanakan beberapa kegiatan seperti bernyayi dan menari bersama, heart to heart, serta membentuk tim yang terdiri dari tim U-Gen dan kakek/nenek sehingga semua yang hadir dapat menjadi satu keluarga. Pada tanggal 2 Juli 2013 Robin berangkat ke Kuala Lumpur sebagai salah satu delegasi Indonesia di acara Asian Youth Exchange 2013. Setelah kembali ke Indonesia, Robin kembali memepersiapkan dirinya untuk seminar proposal tugas akhir. Beliau sudah mulai mengikuti bimbingan tugas akhir sejak Oktober 2012. Semua beliau lakukan dengan penuh semangat. Belaiau harus benar-benar bisa membagi waktu. Seminggu setelah kembali ke Indonesia beliau langsung seminar proposal dan mendapat banyak masukan dari dosen pembimbing dan penguji. Ternyata masih ada sisa dana dari kegiatan ini dan sisa dananya kita gunakan untuk membagikan makanan sahur kepada orang-orang yang membutuhkannya. Nama kegiatan ini adalah “sahur on the road”. Semua berjalan dengan baik. Setelah sahur on the road selesai dilaksanakan, beliau benar-benar focus untuk penelitian dan mengolah data yang akan dipaparkan ketika seminar hasil. Banyak tantangan yang Ia hadapi, salah satunya adalah ketika tim Allight Village GPF datang ke Palembang dan mengajak untuk survey bersama. Benar, beliau memang sangat tertarik dengan kegiatan semacam ini tetapi harus mengingat tanggung jawab kepada orangtua. Beliau memilih untuk tidak ikut dan tetap focus untuk mengerjakan tugas akhirnya. Disamping itu, Robin masih tetap menjalankan kegiatan yang menurutnya tidak terlalu mengganggu penyusunan tugas akhirnya. Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2013 beliau menjadi coordinator pelaksanaan pembersihan sekitar sungai Musi (Jembatan Ampera) yang menjadi icon dari kota Palembang. Dengan nama kegiatan “Save Musi”. Ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia harus emncintai tanah air dan lingkungannya sendiri, karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli untuk kelangsungan anak cucu kedepannya. Beberapa kali artikel atau tulisan dari Robin mengenai kegiatan-kegiatan yang beliau telah laksanakan masuk ke dalam media cetak lokal. Beliau berharap bisa terbit di media massa nasional nantinya. Setalah kegiatan ini selesai, Robin kembali focus ke tugas akhir dan pada awal Septembar 2013 beliau berhasil melangsungkan seminar hasil dan 2 minggu kemudian melakukan sidang sarjananya. Tepatnya tanggal 19 September 2013, beliau melaksanakan yudisium fakultas dan resmi menjadi Sarjana Sains lulusan Universitas Sriwijaya. Beliau akan wisuda pada tanggal 10 Oktober 2013 dengan predikat sangat memuaskan dan masa study 4 tahun 2 bulan. Orangtuanya sangat senang dan bangga mendengar kabar tersebut. Tetapi, pada hari wisudanya nanti hanya bisa dihadiri oleh mamanya saja karena berbagai hal. Pengalaman yang paling menarik adalah kesabaran, kemauan, kegigihan dan kejujuran menjadi modal utama Robin hingga beliau bisa menjadi sarjana pada saat ini. Setidaknya bisa membalas sedikit jerih paya orangtua selama ini dengan gelar yang baru. Kata-kata dari orangtua yang beliau ingat adalah walaupun tidak ada uang harus tetap sekolah dan capai cita-citamu sampai titik darah pengahabisa. Orangtua menjadi sumber semangat bagi seorang Robi. Niat yang tulus dari beliau untuk memberikan yang terbaik kepada orangtuanya tercapai. Sekarang saatnya beliau masuk ke dunia yang baru dan akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Semoga beliau tetap mempertahankan semangat dan kejujuran yang Ia miliki sebagai modal utamanya untuk meraih mimpi-mimpinya. Semoga cerita ini bisa menginspirasi orang-orang yang membaca.


Indralaya, 19 September 2013
Robinson Sinurat


4 comments:

  1. cerita yang menarik.. saya ingin menirunya.

    ReplyDelete
  2. Truly inspired me. Thankyou��

    ReplyDelete
  3. mas obin sangat insipiratif, saya mau nanya mas kalau mau ikut kegiatan seperti mas obin lakukan secara gratis padahal saya sudah semester akhir bisa tidak mas ? maaf mas akun anomim soalnya tidak punya akun google

    ReplyDelete
  4. Great and that i have a swell offer: How Much Do House Repairs Cost home reno costs

    ReplyDelete