PERJUANGAN MENJADI
SEORANG SARJANA
Pertengahan Agustus 2009 seorang pemuda yang bernama Robinson
Sinurat kali pertamanya menginjakkan kaki di Provinsi Sumatera Selatan untuk
memulai perkuliahannya di Universitas Sriwijaya. Ia lulus di jurusan Fisika
FMIPA UNSRI melalui jalur SNMPTN. Banyak masalah yang harus beliau hadapi
sebelum berangkat ke bumi sriwijaya ini. Salah satunya adalah mengenai
keuangan. Ketika itu, orang tua beliau menyarankan untuk bimbingan lagi guna
mengikuti test tahun depan supaya lulus di fakulltas yang Robin inginkan. Tetapi,
Ia bersih keras untuk tetap melanjutkan perkuliahannya di jurusan Fisika FMIPA
Unsri. Tuhan Maha penolong. Pada saat itu juga orangtuanya mendapat sebagian
bantuan dana dari sahabat dekatnya yang bernama Meylinda Sembiring di Medan
untuk keperluan pendaftaran ulang. Sehingga beliau bisa berangkat untuk
melanjutkan pendidikannya. Beliau tiba di kampus Universitas Sriwijaya
Indralaya yang sangat rindang. Setibanya disana beliau langsung bertemu dengan
teman yang berasal dari satu sekolah ketika SMA di Medan, namanya Yosefa
Fatricia Pane. Mereka bersama-sama mencari tempat kosan. Mereka sama-sama
mencari tempat kosan yang terjangkau. Setelah beberapa kosan yang telah
ditanya, akhirnya menemukan kosan yang terjangkau dan Bapak kosan yang sangat
baik. Nama kosannya adalah Bedeng Marissa. Ketika itu, Robin tidak memiliki
uang untuk membayar kosan setahun karena uang yang diberikan oleh orangtua
hanya cukup untuk membayar uang registrasi ulang dan uang makan untuk beberapa
minggu saja. Beliau tidak malu dan langung jujur kepada Bapak kosan bahwa
beliau tidak punya uang untuk membayar kosan. Akhirnya, Bapak kosan memberikan
tawaran kepada beliau untuk tinggal bersamanya hanya dengan membayar setengah
harga kosan setahun. Tidak berfikir panjang lagi beliau langsung menerima
tawaran itu. Walaupun demikian, Robin hanya bisa membayar seperempat dari harga
tersebut. Sunggguh, beliau ini tidak pantang menyerah. Awal perkuliahan dimulai
dengan beberapa mata kuliah dan beberapa praktikum. Buku modul praktikum harus
dibeli dan beliau mulai pusing lagi untuk mencari uang darimana. Untuk makan
saja terkadang beliau hanya makan satu kali dalam sehari. Ingin bercerita
kepada orangtua, tetapi ketika itu orangtua juga sangat-sangat krisis. Kemauan
beliau yang menjadikannya tetap bertahan. Semua buku modul dibayar dengan uang
yang seharusnya untuk makan. Lalu beliau curhat kepada teman dekatnya di bedeng
itu (Yosefa). Yosefa juga tidak memiliki uang kiriman yang lebih, tetapi beliau
mau untuk berbagi. Setiap pagi mereka hanya sarapan indomie yang telah dibeli 1
kardus untuk persiapan beberapa minggu kedepan ketika kiriman baru datang.
Begitulah hingga beberapa minggu. Beberapa minggu berlalu, Robin sudah mulai
banyak mengenal orang-orang yang kira-kira bisa diajak untuk mengerti
keadaannya. Namanya Jenni Sitanggang dan
Robin sering menyebutnya lauk. Lauk menjadi nama panggilan untuk Robin dan
Jenni. Jenni sering membantu Robin dalam hal keuangan dan mendengarkan cerita
tentang kehidupan yang beliau alami. Taklama setelah itu, Robin juga bertemu
dengan seorang senior dari Fakultas Ekonomi dan telah mendengar cerita tentang
beliau, namanya Bang Hendra. Bang Hendra ini mengajak Robin untuk bertemu dan
tiba-tiba memberikan bantuan dana yang sangat-sangat membantu beliau pada saat
itu. Orang tua beliau hanya mengirim 250 ribu rupiah perbulan selama 3bulan
pertama. Hal itulah yang membuat beliau tidak bisa seperti teman-temannya yang
lain untu makan sesuai selera. Beliau harus mengatur uang tersebut semaksimal
mungkin. Kalau melihat penampilan beliau, terkadang tidak percaya bahwa beliau
tidak memiliki uang. Tetapi, itulah faktanya. Sehingga benar kata pepatah yakni
jangan menilai orang dari penampilan luarnya saja. Pada bulan ke 3 ketika iyu,
Robin mendapat bantuan dari abang kandungnya yang bekerja di Medan. Abangnya
ini adalah orang yang selalu membantu ketika memiliki uang yang cukup untuk
membantu. Beberapa bulan sudah berjalan perkuliahan, Robin masih tetap bertahan
dan bertemu dengan seorang wanita yang bernama Maria Alvyonita Sembiring. Maria
adalah satu marga dengan Robin sehingga dipanggil tona (ito). Ketika itu,
orangtua dari Maria (Pak Uda Robin karena satu marga) bekerja di kantor pajak
Palembang. Setiap bertemu dengan Robin, orangtua dari Maria selalu memberikan
beliau uang. Tidak tahu kenapa orangtua Maria tersebut baik banget kepada
Robin. Padahal baru pertama bertemu dan tidak pernah bercerita tentang apapun
itu. Bahkan Maria sendiri heran kenapa bisa begitu. Inilah yang dikatakan Tuhan
Maha tahu dan mukjizat itu sungguh ada. Sebelum semester 1 berakhir, Robinson
mengurus beasiswa dan mendapatkan beasiswa BBM. Perjuangan untuk mendapat
beasiswa itu juga sangat luar biasa karena bermasalah dipengurusan rekening
baru. Ketika itu harus memiliki KTP setempat, padahal Robin berasal dari Medan.
Robin langsung melapor ke petugas rektorat dan Pak Maisonlah yang akhirnya
turun tangan langsung membawa beliau ke bank untuk mengurus semuanya itu. Puji
Tuhan semua berjalan dengan baik karena kejujuran dan keberanian beliau. Sehingga
bisa membayar uang kuliah semester berikutnya. Semester satupun berakhir dan
Robin pulang ke Medan naik pesawat yang sebagian tiketnya dibayari oleh
orangtua dari Maria. Setibanya di Medan, Robin menceritakan apa yang beliau alami
selama di perkuliahan dan orangtuanya sangat terharu dan berusaha lebih keras
lagi untuk bisa mengirimkan uang setiap
bulannya. Liburan selesai dan Robin kembali ke Indralaya untuk kuliah dan
pindah kosan karena menemukan teman baru yang sudah cocok dengan beliau dan
tidak perlu lagi untuk membayar kosan karena tempat tersebut khusus untuk
mahasiswa Katolik yang sering disebut orang-orang pondok. Beliau tinggal
bersama 6orang lainnya yakni Petrus, Ronal, Venmatris, Hermanus, Mas Mul dan
Bang Fredy. Beliau merasa nyaman dan senang tinggal disana karena sudah seperti
keluarga sendiri. Semester 2 dimulai dan bulan pertamanya Robin mendapat uang
kiriman seperti yang sudah dijanjikan oleh orangtuanya. Tetapi, pada bulan
kedua mulai macet lagi dan tidak mengirimkan uang. Robin merupakan anak yang
tidak mau menambah beban orangtuanya sekalipun seharusnya itu sudah kewajiban
orangtuanya. Beliau curhat kepada Maria dan tanpa sepengetahuan Robin, Maria
menceritkan hal tersebut kepada orangtuanya dan orangtua Maria langsung
menyuruh Maria memberikan bantuan kepada Robin. Wow…sungguh Maria dan
orangtuanya menjadi malaikat penolong kepada Robin setiap beliau membutuhkan
pertolongan. Semester 2 masih hal yang seperti itu terjadi untuk beberapa kali.
Sebelum semester 2 berakhir, Maria mengikuti test SNMPTN dan mengambil pilihan
di Medan. Semester 2 berakhir dan liburan pun tiba. Tanpa sepengetahuan Robin,
ternyata orangtua Maria telah membeli tiket pesawat untuk 2 orang ke Medan.
Wahh,,sungguh sangat terharu dengan ini semua.
Robin dan Maria pun pulang ke Medan dan liburan selama beberapa minggu.
Sebelum masuk perkuliahan, terdengar kabar bahwa Maria lulus SNMPTN di Medan
dan orangtuanya juga pindah tugas ke Medan. Robin sangat terpukul dan bingung
akan mendapatkan bantuan darimana lagi nantinya. Lagi-lagi Robin tidak menyerah
dan kembali ke bumi sriwijaya untuk melanjutkan perkuliahannya. Semester 3
dimulai dan kasus yang sama kembali terulang lagi dipertengahan semester 3
tersebut. Beliau kembali menceritakan hal tersebut kepada Maria dan orangtuanya
masih membantu. Diakhir perkuliahan semester 3 kembali lagi dilanda hal yang
sama, tetapi beliau tidak lagi mau menceritakannya kepada Maria karena tidak
mau bergantung dengan orang lain terus. Pada saat itu, Robin melamar menjadi
tentor fisika di bimbingan belajar Medica dan diterima. Beberapa bulan disana,
Robin keluar karena jadwal kuliah yang kurang teratur. Ketika mengajar beberapa
bulan disana, beliau tidak meminta kiriman kepada orangtua melainkan bisa
mengirimkan baju batik kepada kedua orangtuanya. Orangtuanya sangat terharu
akan hal tersebut. Pada semester 4, beliau mengisi waktunya untuk aktif di
gereja dan di kepanitian natal di kampus dan beliau menjadi ketua ketua
perkumpulan marga (Silahisabungan Unsri). Begitu juga di kampus, beliau menjadi
Vice President SC UNSRI AAPG. Sejak saat itu, beliau mulai aktif di organisasi.
Semester 4 berakhir dan IPK masih
lumayan baik walapun ada yang harus diulang. Semester 5 mulai dan keuangan dari
orangtua sudah mulai membaik. Sudah banyak perubahan pada saat itu dan sudah
banyak mengenal orang-orang yang berprestasi seperti Kak Rainy, Kak Ziee, Kak Dody dan Kak Beni.
Mereka ini memotivasi beliau untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan
Robin mencoba beasiswa IELSP tetapi gagal. Hal tersebut memacu beliau untuk
tetap berjuang. Semseter 5 berakhir dengan mimpi beliau harus menginjakkan kaki
ke luar negeri dari hasil usaha akan beliau lRobinkan. Mimpi itu terus ada di
hati beliau dan mulai sering mencari info tentang beasiswa-beasiswa yang
seperti itu dan pada akhirnya tahun 2011 sudah berakhir serta tahun 2012 pun
tiba. Tepatnya 2 Januari 2012 tanpa sengaja Robin berkenalan dengan seseorang
dari dunia maya. Yapp..Robin berkenalan dengan I Gede Pandu Sang Pemimpi (nama
facebooknya). Hanya sekedar kenal dan komunikasi via facebook dan mobile. Robin
sering konsultasi dengan beliau mengenai kuliah, beasiswa, keluarga dsb. Pandu
juga memperkenalkan Robin dengan Agus Burniat yang satu kampus dengan Robin.
Hahahha.. orang jauh yang memperkenalkan teman satu kampus. Pada waktu itu
hanya sms dan chat dari facebook sama
Agus. Ketika itu Pandu bertanya kepada Robin mengenai kegiatan kepemudaan.
Kebetulan sekali Robin tertarik dalam hal tersebut hanya saja tidak adanya
wadah atau kegiatan kepemudaan tersebut di daerah tempat tinggal Robin (Layo).
Akhirnya Pandu menyarankan Robin untuk mendaftar event kepemudaan yang akan
dilaksanakan bulan Februari di Bandung. Nama kegiatan itu adalah Indonesian Young Changemakers Summit. Robin
mendaftar untuk gelombang kedua karena gelombang pertama sudah ditutup. Robin
berusaha untuk bisa lulus acara ini dengan membuat essay sebaik mungkin semampu
Robin. Pada waktu itu, Robin bergadang membuat essay tersebut dan berusaha
meminta surat rekomendasi dari organisasi-organisasi yang Robin ikuti di kampus
maupun di luar kampus. Tidak lama kemudian, hasil kerja keras Robin itu
membuahkan hasil yang membayar lunas semua kerja keras Robin tersebut. Robin
terpilih menjadi salah satu observer dari 100 pemuda terpilih se-Indonesia.
Sangat bangga bisa lolos karena ini adalah event pertama yang Robin ikuti.
Acara tersebut berlangsung di Bandung pada tanggal 10-13 Februari 2012. Ketika
itu Robin juga sedang melaksanakan kerja praktik di sebuah perusahaan di
Sumatera Selatan (baru beberapa hari). Dengan memberanikan diri, Robin meminta
izin kepada pembimbing dan pimpinan di perusahaan tersebut supaya Robin bisa
mengikuti kegiatan ini. karena yang ada dibenak Robin adalah ini kesempatan
emas bagi Robin. Kesempatan ini tidak datang dua kali dan ini adalah jalan
untuk bisa berkembang lebih baik lagi kedepannya. Robin diberikan izin dan
berangkat ke Bandung. Ketika kegiatan itu berlansung Robin sangat bangga bisa
bertemu dengan orang-orang muda Indonesia yang luar biasa. Para pembicara yang
sangat luar biasa juga (Joko Widodo, Tri Mumpuni, Sandiago Uno dll). Inilah
kegiatan pertama yang membuat Robin ingin lebih banyak mengikuti kegiatan dan
bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar. Diantara semua observer mungkin
hanya Robin yang baru pertama kalinya mengikuti ajang seperti ini. Tetapi, hal
ini tidak menjadi masalah buat Robin, karena terpilih saja sudah sangat bangga
dan Robin banyak belajar dari teman-teman yang ada pada waktu itu. Acarapun
selesai dan semuanya sudah seperti saudara dekat yang dipertemukan dalam acara
yang luar biasa ini. Senang juga bisa
berfoto berdua dengan Albert AFI. Robin
pulang dari Bandung dan lansung melanjutkan kerja praktik. Ketika itu banyak
masalah yang terjadi mengenai kerja praktik (magang) tersebut. Mulai dari
pembimbing yang cuek dan sering keluar kota dan tindakan yang menjengkelkan
dari pembimbing itu. Robin jadi agak lama disana, sedangkan Robin sudah masuk
kuliah. Sehingga Robin harus mengorbankan kuliah Robin selama 2minggu. Robin langsung
cerita kepada salah seorang pemimpin yang bekerja disana. Akhirnya Robin
mendapat saran dan akhirnya kerja praktik Robin selesai tanpa pembimbing yang
menjengkelkan itu. Semua yang bekerja disana sangat baik dan memiliki rasa
kekeluargaan yang tinggi kecuali pembimbing Robin itu. Semuanya Robin lalui
dengan semangat, usaha dan doa. Setelah kerja Praktik selesai Robin bertemu
langsung dengan Agus di perpustakaan dan memberikan oleh-oleh darinya dan dari
Pandu juga. Wahh.. senang sekali dapat hadiah langsung dari USA. Inilah awal
perkenalan langsung dengan Agus Burniat dan langsung ditawarin untuk join dalam acara Interfaith Youth Forum
2012 yang akan dilaksanakan di Palembang. Robin setuju dan bergabung dengan
team. Robin mendaftar BEM Kampus dan ditantang untuk membuat tulisan. Robin
selesaikan malam itu juga dan Robin dipanggil untuk wawancara. Robin lolos
menjadi angggota BEM Kampus. Pada bulan Maret, Robin ditawari ikut acara di
Malaysia oleh salah satu teman ketika acara di Bandung. Robin mendaftar dan Robin
lolos dalam acara ADIC Development
international Conference. Dengan penuh semangat mengajukan proposal ke
kampus dan beberapa perusahaan. Sembari menunggu jawaban Robin langsung
mengurus paspor. Karena mengurus paspor ini Robin sakit karena terkena hujan
bebarapa kali dan kurang istirahat ketika itu. Akibatnya Robin tidak ikut dalam
latihan dasar organisasi (LDO) BEM UNSRI. Robin gagal berangkat ke Malaysia
tetapi semangat Robin belum juga pudar. Robin ditawari lagi oleh teman dari
acara yang di Bandung juga untuk mendaftar acara yang di Filipina. Robin lolos
dalam acara tersebut (United Nations
Alliance for Peace Volunteerism) di Manila Filipina. Robin kembali lagi
membuat proposal ke kampus dan ke beberapa perusahaan lagi. Ketika membuat
proposal tersebut ke kampus, Robin bertemu dengan 3orang lainnya yang berasal dari UNSRI juga lolos dalam acara ini
(Janthe, Putri dan Riska). Kami cari sponsor bersama-sama tetapi dana kami
tidak mencukupi. Alternatif lainnya kami mendaftar acara di Kuala lumpur. Kami
lolos dan berangkat ke Kuala Lumpur. Sungguh menjadi pengalaman yang luar biasa
Robin bisa berangkat ke luar negeri. Untuk pertama kalinya Robin menginjakkan
kaki di luar negeri walaupun hanya di Kuala Lumpur Malaysia Robin sangat bangga
karena ini benar-benar hasil perjuangan bersama. Robin menjadi Head Delegate karena Dekan Robin yang
sangat baik yang selalu membantu dalam proses ini. Kerjasama yang luar biasa
menghasilkan buah yang manis. Kita menikmati hasilnya bersama-sama. Thanks guys, we are amazing. Sepulangnya
dari Kuala Lumpur kembali ke kegiatan yang telah terprogram di jadwal Robin
yaitu Interfaith Youth Forum 2012.
Acara ini sebenarnya direncanakan bulan Mei 2012. Tetapi karena berbagai hal,
acara diundur menjadi bulan September. Pada waktu itu, Agus melakukan
penerimaan volunteer dan diseleksi
langsung olehnya hingga terpilih 10 orang volunteers.
Robin tidak menyangka kalau Robin masih diterima sebagai volunteer juga saat itu. Total volunteer
untuk Interfaith Youth Forum 2012 ada
11 orang. Berkenalan dengan semua sukarelawan tersebut sangat cetar membahana. Bertemu
dengan orang-orang luar biasa yang berasal dari satu kampus (Dian, Tian, Heru,
mb Nova, mb Nurul, mb Nisa, Riska, kak Rudi dan Handri) dan seorang lagi yang
tidak memunculkan batang hidungnya. Setiap diadakannya rapat, pasti ada saja
lelucon baru yang akan dikeluarkan oleh teman-teman yang mengikuti rapat ini.
Jadi, kalau tidak ikut rapat itu rasanya ada yang kurang. Pada saat itu
semester 6 berakhir dan libur semester tiba. Robin tidak pulang kampung dan
tidak mengikuti semester pendek juga. Beliau berangkat ke pulau Jawa untuk
mencari ilmu dan pengalaman. Selama liburan semester, Robin mendapat teman dan
pengalaman baru. Beliau sudah menginjakkan kaki di Jogjakarta, Solo, Surabaya,
Kediri, Malang dan Bali. Tidak punya saudara tetapi memiliki kemauan untuk
berkembang. Itulah sifat beliau yang menjadikan beliau menjadi seperti sekarang
ini. Liburan selesai dan kemblai ke Palembang. Ketika itu Robin diperkenalkan
Agus dengan mba Deslina dan diajak bergabung dalam team mereka juga, berkenalan
dengan mba Trida dan Yuk Eka setelah itu dengan mba Adhe dan mba Devi. Dengan
senang hati Robin bergabung dalam team ketik
itu. Kemudian, mereka jadi panitia local acara roadshow Global Youth Forum di kampus. Robin bertemu dengan
orang-orang hebat lagi yaitu mba Devi, Angga dan Achie dan banyak lagi. Mereka
ini sungguh cetar membahana juga. Selalu semangat kalau ketemu mereka-mereka
ini. Sumber inspirasi dan selalu memeberikan motivasi yang luar biasa. Bangga
bisa mengenal mereka ini. Sebelum acara IYF 2012 berlangsung, kita kedatangan
2orang panitia inti dari Jakarta yaitu Pandu dan Muhibi. Kita bekerja sama
semampu kita untuk mensukseskan acara ini. Bahkan beberapa diantara kita harus
mengorbankankan perkuliahnnya demi acara ini. Beberapa hari tidak kuliah demi
acara ini dan memang benar-benar orang yang totalitas dalam melRobinkan suatu
pekerjaan. Hingga acara IYF 2012 berjalan dengan sangat baik berkat semua kerja
keras dari seluruh panitia. Robin sangat bangga menjadi bagian dari IYF 2012.
Bertemu dengan orang-orang yang mantap (Dr.Rebecca, Mba Yeni beserta suami,
Mr.James Poon, Kak Tya, Mas Gugun dan seluruh peserta secara Nasional). Banyak
pengalaman yang Robin dapatkan dari acara ini. Kalau kata orang Palembang
“iwaknyo teraso”. Kemudian, beliau dan teman-temannya mendaftar menjadi peserta
dalam pemilihan Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012. Sebelum mendaftar,
orang hebat yang Robin kenal bertambah lagi yaitu kak Uyunk. Kami semua mendaftar
acara tersebut. Mereka semua (Agus, Heru, kak Uyunk dan Robin) terpilih menjadi
finalis. Mereka semua bahagia dan akan bersaing sehat keesokan harinya.
Tepatnya tanggal 10 Oktober 2012 kita masuk ke babak final dan akhirnya
terpilih 1 pasang Duta dan 1 pasang Wakil Duta. Puji Tuhan Robin menjadi Wakil
Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012 dan Heru sebagai Duta Bahasanya.
Tidak lama setelah itu, pengumuman peserta yang lolos dalam acara Forum
Indonesia Muda angkatan 13 juga akan segera diumumkan. Puji Tuhan banget, dari
dua ribuan lebih pendaftar, yang diterima hanya 120 orang dan Robin menjadi
salah satu diantara 120 orang tersebut. Oh, sebelumnya Robin juga sudah lolos
dalam acara Youth Peace Ambassador (YPA5) di Kaeng Krechan, Thailand. Sembari
meununggu dana dari proposal ke berbagai perusahaan. Woww…sesuatu ya. Robin
berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan FIM 13 tersebut dengan rasa
bangga. Sebagai salah seorang perwakilan kampus. Disana Robin banyak bertemu
dengan oraang-orang yang luar biasa lagi. Sebelum berangkat ke Jakarta, Robin
juga sudah mendapat info akan diadakannya acara Global Peace Volunteer di Bandung. Ketika mengetahui informasi akan
diadakannya camp pada tanggal 3-4 November 2012 di Bandung, Robin sudah sangat
tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena Robin akan mengikuti salah
satu kegiatan pemuda juga di Jakarta pada tanggal 26-29 Oktober. Sehingga sudah
memiliki rencana untuk hal tersebut. Ternyata, tanggal 30 Oktober dan 1
November Robin ada MID semester yang pada umumnya tidak ada ujian susulan.
Sehingga, Robin memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan ini. Setelah selesai
mengikuti acara yang di Jakarta, Robin beserta teman2 yang lain berangkat ke
Bandara dan berencana untuk menginap di Bandara karena mereka sudah membeli
tiket keberangkatan di pagi hari sedangkan Robin belum membeli tiket. Robin
sudah terlebih dahulu meminta bantuan kepada teman2 yang ada di Palembang untuk
melihat harga tiket untuk tanggal 30 Oktober. Ternyata di booking oleh mba
Trida dan Robin tinggal membayar via atm. Karena waktu untuk pembayaran tidak
lama lagi, Robin tidak check untuk tanggal keberangkatnnya dan langsung Robin
bayar. Setelah Robin bayar, ternyata tanggal yang tertera adalah tanggal 30
November. Ini karena rasa senang beliau
hingga tidak memperhatikan bulan nya lagi. Wow..Robin bingung dan langsung
beranjak ke kantor tiket tersebut. Setelah panjang berbincang-bincang dengan
petugasnya, akhirnya harga tiket yang sama dengan tiket yang sudah Robin bayar
adalah tanggal 31 Oktober. Robin langsung setuju dan membelinya. Menginap di
bandara tidak menyenangkan. Robin tidak bisa tidur karena harus menjaga dua
orang wanita yang akan berangkat keesokan harinya. Sambil menjaga mereka, Robin
online, chat, dan bercerita dengan seseorang teman yang luar biasa menurut Robin
(Pandu). Akhirnya beliau menyuruh Robin untuk tinggal di rumahnya. Sungguh, Robin
tidak memiliki rencana yang seperti ini. Besok paginya Robin langsung berangkat
ke tempat yang telah beliau janjikan sebelumnya. Bertemu dengan beliau dan
langsung berangkat ke kantor dimana beliau sedang magang. Robin bertemu dengan
orang-orang yang luar biasa disini (Kak Tya, Kak Nadya, Kak Anggie, Mas Gugun,
Ika, Bang Donnie, Tata, Sabil dan tentunya Ms.Yorching). Dari hati terdalam mengucapkan
syukur yang luar biasa bisa bertemu dengan mereka. Keesokan harinya kita melakukan
aktivitas seperti biasa sambil menunggu keberangkatan Robin besok paginya.
Sekitar pukul 17.48 WIB pihak ticketing menghubungi Robin dan memberitahukan
adanya perubahan jadwal penerbangan. Penerbangan Robin dipercepat. Robin cerita
kepada orang-orang luar biasa yang ada di kantor dan mereka langsung memberi
saran untuk meminta kembali uang tiket tersebut karena itu termasuk kesalahan
mereka. Tanpa pikir panjang Robin pun langsung menyetujui hal tersebut. Robin
lansung menghubungi dosen yang akan mengadakan MID. Robin tidak menyangka kalau
Robin akan diberikan izin. Suatu hal yang luar biasa yang tidak bisa Robin
bayangkan. Kemudian, seorang wanita luar biasa menyamar menjadi ibu Robin (kak
Anggie) dan langsung menghubungi pihak ticketing untuk membahas hal ini. hasil yang memuaskan akhirnya uang Robin akan
dikembalikan sepenuhnya dalam waktu 1 hari. Waduh, sunggguh tak terbayangkan.
Akhirnya Robin mengikuti Global Peace
Volunter Camp di Bandung. Sungguh, keinginan yang ikhlas dan luar biasa
dari hati terdalam ini menjawab semuanya. Robin bisa mngikuti camp ini dengan
kesungguhan hati untuk belajar lebih baik dan bisa menjadi contoh di daerahku. Robin
sangat bangga bisa dikasih kesempatan yang luar biasa ini. acara ini sangat
baik baik kaum muda yang akan menjadi motor dari bangsa dan negara ini.
pelayanan dari panitia sungguh Robin nikmati. Peserta dan panitia yang luar
biasa yang membuat Robin menikmati camp ini. Robin kembali Palembang dan melRobinkan
aktivitas seperti biasa sambil follow up dana untuk cara ke Thailand. Ternyata,
Robin kurang beruntung dan Robin gagal berangkat ke Thailand. Tetapi, Robin
tidak patah semnagat. Robin selalu berharap bisa melRobinkan yang lebih baik
lagi kedepannya. Ketika acara FIM, Agus menghubungi Robin dan bilang kalau kami
diundang oleh pihak UNFPA ke Jakarta untuk acara Indonesian Youth Speak Out. Robin langsung setuju dan bilang kalau Robin
bisa. Sebelum berangkat ke Jakarta, maka pengumuman yang menjadi Volunteer ke Bali dalam acara Global Youth Forum pun diumumkan dan Robin
tidak lolos. Robin bangga bisa melihat tiga teman Robin bisa lolos mewakili
Palembang yaitu, Kak Uyung, Agus dan Youwen. Sedikit kecewa tidak lolos, tapi
harus menjadikan ini sebagai batu loncatan untuk lebih berjuang lagi dan selalu
bersyukur. Akhirnya kita sama-sama berangkat ke Jakarta tepatnya di Hotel
Akmani Jakarta. Disana kembali lagi dipertemukan dengan orang-orang yang luar
biasa. Indonesian Youth Speak Out ini
menjadi salah satu motivasi Robin untuk bisa lebih baik lagi. Setelah itu, Robin
memperpanjang waktu Robin di Jakarta supaya bisa mengikuti launching CINTAindonesia di @america Jakarta. Itu pertama kalinya Robin
menginjakkan kaki di @america. Lagi-lagi orang yang yang Robin temui itu tidak
kalah dari yang sebelum-sebelumnya. Robin semakin sadar kalau Robin ini tidak
ada apa-apanya. Dari sini Robin bisa ambil kesimpulan kalau sombong itu tidak
ada gunanya. Karena, kita pintar masih ada yang lebih pintar, kita kaya masih
ada yang lebih kaya, kita ganteng masih banyak lebih ganteng dsb. Jadilah ilmu
padi yang semakin berisi semakin merunduk. Sebelum launching cinta indonesia
tersebut, pengumuman yang lolos SUSI RPA 2013 udah final sebanyak 20 orang yang
akan berangkat ke USA. Sangat menyedihkan ketika itu, nama Robin tidak ada
diantara 20 orang trsebut. Robin sangat terpukul karena ingin sekali belajar
lebih lagi tentang religious pluralism disana serta USA adalah salah satu
negara yang menjadi impian Robin. Beberapa hari Robin koreksi diri dan mendapat
jawaban nya. Hhe. Memang belum waktunya Robin berangkat kesana. Robin bangkit
kembali dan tetap bermimpi bisa menginjakkan kaki di negeri Paman Sam itu suatu
saat nanti. Aminnnnn. Perjalanan Robin di tahun 2012 diakhiri di Jakarta dalam
acara Launcing CINTAindonesia
tersebut. Dilanjutkan dengan merayakan Natal dan mengakhiri tahun 2012 di
Indralaya. Kegagalan dan kesuksesan tahun 2012 sungguh luar biasa. Tahun 2012
benar-berubah total dari beberapa tahun sebelumnya. Kemauan dan semangat yang
beliau miliki tidak pernah pudar yang membawa beliau bisa menjadi seperti pada
tahun 2012. Mulai tahun 2012 ini keuangan orangtua sudah membaik dan selalu
mendapat kiriaman yang cukup. Kesabaran dan doa yang tulus mendapat balasan
yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Perjuangan orangtua membuat beliau harus
membalas dengan gelar sarjana yang akan diraih nantinya. Tahun 2013 dimulai
dengan kegiatan CINTA Jakarta dan berjalan dengan baik. Pada tahun 2013 menjadi
tahun yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Keuangan juga tidak pernah lagi
bermasalah. Tuhan memberikan semuanya cukup dan sunggguh luar biasa. Semakin
menyatu dengan teman-teman sekelompok yang beliau yang disebut dengan partner in crime (Agus, Dian,
Heru, Riska dan Tian). 4 diantara mereka (Robin, Dian, Agus dan Riska) lolos ke
kegiatan internasional di Jakarta yaitu ASEAN Conference. Mereka berangkat
dengan dana yang kekurangan. Demi membawa nama Universitas Sriwijaya ke dunia
internasional keempat mahasiswa ini tetap memberanikan diri berangkat. Ketika
itu, mereka dibantu penginapan oleh pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.
Jadi, tidak terlalu banyak menanggung kekurangan. Tepatnya pada bulan Mei,
pemilihan mahasiswa berprestasi se Universitas Sriwijaya. Robin menjadi
perwakilan mahasiswa berprestasi FMIPA 2013. Robin menjadi harapan 3 pada
pemilihan tersebut. Pada bulan Mei juga, Robin menjadi wakil ketua pelaksana
Global Peace Camp 1.15 Asia Pasific Regional Camp yang dilaksanakan di
Palembang. Robin selalu membawa nama Jurusan Fisika FMIPA dan nama Universitas
Sriwijaya disetiap kegiatan yang beliau ikuti. Setelah camp tersebut selesai,
Robin menjadi ketua pelaksana “the Power of Rupiah Universitas Sriwijaya”.
Kegiatan ini betemakan aksi kecil harapan besar. Kegiatan tersebut berlangsung
dengan baik berkat bantuan dan kerjasama dari setiap anggota U-Gen Palembang
yang memiliki hati untuk saling membantu. Hasil dari “the Power of Rupiah
Universitas Sriwijaya” ini dilakukan service di Pada tanggal 1
Juli 2013 (Pukul 06.00
WIB – 10.30 WIB), dilaksanakan kunjungan ke panti asuhan Aisyah di daerah
Suka Bangun II Palembang. Pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB dan melakukan kunjungan ke Panti
Jompo Werdha yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Panti Asuhan Aisyah.
Kunjungan kedua ini melaksanakan beberapa kegiatan seperti bernyayi dan menari
bersama, heart to heart, serta
membentuk tim yang
terdiri dari tim U-Gen dan
kakek/nenek sehingga semua yang hadir dapat menjadi satu keluarga. Pada tanggal
2 Juli 2013 Robin berangkat ke Kuala Lumpur sebagai salah satu delegasi
Indonesia di acara Asian Youth Exchange 2013. Setelah kembali ke Indonesia,
Robin kembali memepersiapkan dirinya untuk seminar proposal tugas akhir. Beliau
sudah mulai mengikuti bimbingan tugas akhir sejak Oktober 2012. Semua beliau
lakukan dengan penuh semangat. Belaiau harus benar-benar bisa membagi waktu.
Seminggu setelah kembali ke Indonesia beliau langsung seminar proposal dan
mendapat banyak masukan dari dosen pembimbing dan penguji. Ternyata masih ada
sisa dana dari kegiatan ini dan sisa dananya kita gunakan untuk membagikan
makanan sahur kepada orang-orang yang membutuhkannya. Nama kegiatan ini adalah
“sahur on the road”. Semua berjalan dengan baik. Setelah sahur on the road
selesai dilaksanakan, beliau benar-benar focus untuk penelitian dan mengolah
data yang akan dipaparkan ketika seminar hasil. Banyak tantangan yang Ia
hadapi, salah satunya adalah ketika tim Allight Village GPF datang ke Palembang
dan mengajak untuk survey bersama. Benar, beliau memang sangat tertarik dengan
kegiatan semacam ini tetapi harus mengingat tanggung jawab kepada orangtua.
Beliau memilih untuk tidak ikut dan tetap focus untuk mengerjakan tugas
akhirnya. Disamping itu, Robin masih tetap menjalankan kegiatan yang menurutnya
tidak terlalu mengganggu penyusunan tugas akhirnya. Tepatnya pada tanggal 17
Agustus 2013 beliau menjadi coordinator pelaksanaan pembersihan sekitar sungai
Musi (Jembatan Ampera) yang menjadi icon dari kota Palembang. Dengan nama
kegiatan “Save Musi”. Ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan
bahwa bangsa Indonesia harus emncintai tanah air dan lingkungannya sendiri,
karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli untuk kelangsungan anak
cucu kedepannya. Beberapa kali artikel atau tulisan dari Robin mengenai
kegiatan-kegiatan yang beliau telah laksanakan masuk ke dalam media cetak
lokal. Beliau berharap bisa terbit di media massa nasional nantinya. Setalah
kegiatan ini selesai, Robin kembali focus ke tugas akhir dan pada awal
Septembar 2013 beliau berhasil melangsungkan seminar hasil dan 2 minggu
kemudian melakukan sidang sarjananya. Tepatnya tanggal 19 September 2013,
beliau melaksanakan yudisium fakultas dan resmi menjadi Sarjana Sains lulusan
Universitas Sriwijaya. Beliau akan wisuda pada tanggal 10 Oktober 2013 dengan
predikat sangat memuaskan dan masa study 4 tahun 2 bulan. Orangtuanya sangat
senang dan bangga mendengar kabar tersebut. Tetapi, pada hari wisudanya nanti
hanya bisa dihadiri oleh mamanya saja karena berbagai hal. Pengalaman yang paling
menarik adalah kesabaran, kemauan, kegigihan dan kejujuran menjadi modal utama
Robin hingga beliau bisa menjadi sarjana pada saat ini. Setidaknya bisa
membalas sedikit jerih paya orangtua selama ini dengan gelar yang baru.
Kata-kata dari orangtua yang beliau ingat adalah walaupun tidak ada uang harus
tetap sekolah dan capai cita-citamu sampai titik darah pengahabisa. Orangtua
menjadi sumber semangat bagi seorang Robi. Niat yang tulus dari beliau untuk
memberikan yang terbaik kepada orangtuanya tercapai. Sekarang saatnya beliau
masuk ke dunia yang baru dan akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar
lagi. Semoga beliau tetap mempertahankan semangat dan kejujuran yang Ia miliki
sebagai modal utamanya untuk meraih mimpi-mimpinya. Semoga cerita ini bisa menginspirasi
orang-orang yang membaca.
Indralaya, 19 September 2013
Robinson Sinurat
cerita yang menarik.. saya ingin menirunya.
ReplyDeleteTruly inspired me. Thankyou��
ReplyDeletemas obin sangat insipiratif, saya mau nanya mas kalau mau ikut kegiatan seperti mas obin lakukan secara gratis padahal saya sudah semester akhir bisa tidak mas ? maaf mas akun anomim soalnya tidak punya akun google
ReplyDeleteGreat and that i have a swell offer: How Much Do House Repairs Cost home reno costs
ReplyDelete