Perjalananku kali ini tidak hanya untuk travelling tetapi juga
untuk menyapa dan menginspirasi siswa-siswa dan masyarakat di Kabupaten Ende,
Nusa Tenggara Timur. Pada bulan Desember 2015 yang lalu, aku terpilih mengikuti
program #MenyapaNegeriku dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Indonesia. Aku menjadi salah satu diantara 44 orang terpilih dari 47.523 pendaftar se-Indonesia.
Kurang lebih empat jam perjalanan dari kota Ende, tibalah di
tempat yang dinantikan yaitu Dusun Wolobetho. Disambut dengan tarian khas masyarakat Ende yaitu tari Gawi. Daerah yang tidak memiliki
listrik dan sangat sulit mendapatkan sinyal telekomuniaksi ini sungguh
mengharukan. Miris melihat siswa-siswa yang tidak memakai sepatu, pakaian
sekolah yang kotor, rambut kembang keras yang mungkin jarang dicuci ataupun
disisir dan gedung sekolah yang kurang layak untuk belajar. Aku lakukan tugasku
dengan sepenuh hati. Menginspirasi mereka dengan menceritakan mimpi dan
perjuanganku sebagai seorang anak peatni biasa untuk mendapatkan beasiswa ke
Amerika Serikat (info: http://news.okezone.com/read/2015/08/15/65/1196750/wujud-mimpi-anak-petani-ke-amerika)
Siswa-Siwi SD Feori Dusun Wolobetho
Tinggal beberapa hari di tempat ini menjadi kepuasan batin
tersendiri bagiku. Aku bahagia karena aku masih bisa berbagi dan menginspirasi
anak-anak dan warga yang ada di sana supaya memiliki mimpi yang besar untuk
meraih cita-citanya. Mereka begitu bahagia ketika aku bercerita tentang semua
pengalamanku selama ini.
Menginspirasi Siswa-Siswi SMK N 6 Wolobetho
Setiap harinya hingga tengah malam aku dan teman-teman yang lain
masih bercerita dengan masyarakat dan kepala sukunya. Dari setiap perbincangan inilah aku mendapatkan ilmu baru.
Mulai dari adat istiadat atau budaya, makanan khas, potensi daerah, dan sistem
pendidikan di sana. Aku sadar bahwa aku tidak bisa menginjakkan kaki di Amerika
tanpa Indonesia. Aku bukanlah apa-apa tanpa Indonesia. Oleh sebab itu, aku
harus melakukan aksi nyata untuk bangsaku. Melihat situasi dan kondisi yang
ada di tempat ini, muncullah ide untuk membuat program "Buku Untukmu
#Ende". Program ini adalah program pengumpulan buku ini dari orang-orang
yang ingin mendonasikan bukunya. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah perpustakaan desa (info: http://news.okezone.com/read/2016/04/29/65/1376083/kumpulkan-buku-demi-bangun-minat-baca-di-ende)
Poster Buku Untukmu #Ende
Aku semakin bersyukur dan bahagia lagi ketika aku memiliki
kesempatan untuk mengunjungi daerah wisata alam di sana. Ada danau tiga warna
yang dikenal dengan danau Kelimutu dan keindahan pantai Enabara Maurole yang
belum pernah tersentuh oleh tangan manusia dan memiliki hamparan pasir putih
serta air laut yang jernih. Kemudian peninggalan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh
bangsa Indonesia yaitu Rumah Pengasingan Bung Karno dan tempat perenungan
butir-butir Pancasila oleh Bung Karno tepat di bawah pohon Sukunnya.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Perjalanan ini memberikan pelajaran luar biasa bagiku,
diantaranya untuk selalu bersyukur dan mengajarkanku hidup untuk kebaikan orang
banyak. Selain itu, aku mengetahui bahwa ada kekayaan Ende yang luar biasa dan
tak ternilai harganya. Aku semakin bangga dan jatuh cinta pada Indonesia.
Program Buku Untuk #Ende telah berlangsung sejak akhir Desember
2015 hingga February 2016. Terkumpul lebih dari seribu buku dari para donator yang
berasal dari bebagai kota di Indonesia. Setelah itu, saya kembali melakukan
kampanye pengumpulan dana untuk pengiriman buku serta pembelian alat-alat untuk
perpusatakaan. Pada pertengahan Mei 2016, dana terkumpul dari para donatur dan
akhirnya pada awal Juni 2016, Dusun Wolobetho, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara
Timur telah memiliki sebuah perpustakaan desa. Aksi kecil harapan besar untuk
anak-anak di Ende. Untuk Indonesia yang lebih baik.
Siswa-Siswi di Dusun Wolobetho
Peresmian Perpustakaan Dusun Wolobetho
No comments:
Post a Comment