Sunday, 2 October 2016

LOLOS PROGRAM MASTER DI COLUMBIA UNIVERSITY (IVY LEAGUE UNIVERSITY)

Tidak pernah terpikir sebelumnya untuk bisa melanjutkan kuliah di salah satu kampus terbaik dunia yaitu Columbia University, Amerika Serikat. Columbia University adalah salah satu universitas yang tergolong dalam Ivy League University. Ada 8 kampus yang termasuk dalam Ivy League University yaitu: Brown University, Columbia University, Cornell University, Dartmouth College, Harvard University, University of Pennsylvania, Princeton University, dan Yale University. Bahagia dan bangga rasanya bisa menjadi salah bagian dari kampus terbaik ini. 

Walaupun masih sibuk dengan tugas-tugas kampus, aku mau berbagi cerita kepada teman-teman tentang bagaimana akhirnya aku diterima di Columbia University. Khususnya bagi teman-teman yang sudah bertanya sejak beberapa bulan lalu ya. Waktu pendaftaran kampus di Amerika Serikat sudah dekat. Persiapakan diri kamu dari sekarang!

Awalnya aku agak sedikit minder untuk daftar ke kampus di USA karena kemampuanku (yang menurutku) belum cukup. Tapi, aku tidak diam begitu saja dengan hal yang tidak baik itu. Aku cerita dan minta pendapat kepada teman-teman dekatku yang ada di Indonesia dan yang sedang kuliah maupun bekerja di luar negeri saat itu. Semua mereka menyarankan aku untuk mencoba daftar ke kampus terbaik di Amerika. Oke, aku terima tantangan itu. You never know if you never try!

Aku cari kampus-kampus terbaik yang menyediakan jurusan yang aku butuhkan. Aku temukan 15 kampus terbaik di Amerika dengan jurusan yang aku mau. Akhirnya, aku memilih 2 diantara 15 kampus tersebut yaitu Columbia University dan University of Southern California (USC). Kedua kampus ini menyediakan mata kuliah yang aku butuhkan. Selain itu ada beberapa hal lainnya; Social Work di Columbia University merupakan School of Social Work pertama di dunia, tidak pernah lepas dari peringkat 5 besar di bidang Social Work dari awal berdirinya, ikatan alumninya bagus, dan kampusnya di New York City. Kemudian aku memilih USC sebagai pilihan kedua karena peringkatnya pada waktu itu di posisi 11 (pakai strategi jarak peringkat antara pilihan pertama dan kedua), ikatan alumninya juga bagus dan letak kampusnya di Los Angeles, California. Beberapa hal itu yang menjadi pertimbanganku untuk memilih universitas. Setelah menentukan pilihan pada dua kampus tersebut, kemudian aku mulai check satu persatu mengenai syarat-syarat yang diminta oleh kampus masing-masing. Untuk itu, silahkan langsung check di website kampus masing-masing. Setiap kampus memiliki syarat-syarat yang berbeda.

Aku langsung fokus ke Columbia University aja ya. Berikut syarat-syarat yang dibutuhkan untuk apply ke Columbia University:

At a minimum, candidates must meet the following criteria:
B.A. or B.S. degree from an accredited college or university, which includes 60 semester hours  or credits in the liberal arts, of which at least nine are in the social or biological sciences
Academic record suggesting the ability to do graduate-level work
Serious commitment to the profession of social work and the capacity to meet the demands of professional training, often demonstrated by internships and life experiences
TOEFL iBT: 98; IELTS: 7.0
Personal Statement
A Resume/CV (three-page maximum)
Three Letters of Reference
Academic Transcripts
Skype Interview

Satu persatu dari syarat-syarat di atas aku selesaikan. Aku sudah persiapkan semua syarat-syarat tersebut lebih dari satu tahun. Dalam hal pembuatan personal statement, tidak langsung jadi begitu såja tapi butuh proses panjang. Aku meminta bantuan teman-teman terdekat untuk memberikan masukan supaya memantapkan hasil. Edit, edit dan edit terus sampai mantap! Selain isi dari personal statement tersebut, aku benar-benar kasih perhatian khusus ke bagian grammar. Jangan sampai bersalahan karena mau apply ke kampus terbaik. Pada waktu finalisasi personal statemenku, aku mendapat bantuan dari salah satu dosen dari Universitas Indonesia. Beliau sangat-sangat membantu dalam proses pemantapan personal statementku. Untuk surat rekomendasi, aku mendapatkan support yang luar biasa dari orang-orang yang benar-benar mengenalku. Aku dapat surat rekomendasi dari Dekanku, General Managerku dari tempat kerja, dan dari U.S Embassy Jakarta. Aku percaya bahwa persiapan yang baik adalah salah satu kunci keberhasilan.

Oh ya, sebelum submit aplikasi, aku udah cari-cari juga biography para Professor di Columbia University yang aku suka dan ingin sekali belajar dengannya. Aku temukan satu Prof yang sudah tidak diragukan lagi ilmu dan pengalamannya di bidang Social Work. Aku langsung email Prof itu dan memberitahukan ketertarikan aku untuk lanjut ke Social Work di Columbia University. Aku meminta bimbingan darinya dan menjelaskan backgroundku kepadanya. Dalam waktu singkat Prof itu langsung balas emailku dan kami lanjut berkomunikasi via email. At the end, dia menyarankan aku untuk apply segera karena begitu banyak yang apply setiap tahunnya dan hanya orang-orang terpilih saja yang diterima. Beliau juga langsung bilang kalau dia bersedia menjadi salah satu Professorku kalau aku diterima nantinya. Wah, rasanya semakin semangat! 

Seluruh syarat-syarat yang aku persiapkan sudah mantap dan benar-benar lengkap. Double check untuk terakhir kalinya. Tidak lama setelah disarankan untuk apply oleh si Proffessor, tidak mikir pajang, aku berdoa sejenak dan klik tombol sumbit. Aku sudah berusaha dan aku berserah padaNYA. 

Dua minggu setelah submit aplikasi, aku mendapat email untuk lanjut ke tahap Skype interview. Rasanya bahagia dan dag dig dug banget. Karena, untuk masuk ke tahap interview itu tidaklah mudah. Banyak yang bilang kalau masuk ke tahap interview itu, 50% sudah diterima. Tinggal bagaimana kita bisa meyakinkan pihak kampus kalau kita layak diterima sebagai salah satu mahasiswa di sana. Rasanya kerja kerasku untuk mempersiapkan semua syarat-syarat itu terbayar sudah. Lolos ke tahap interview! God is good

Seperti biasanya, aku bertanya kepada orang-orang yang pernah mengalami hal yang sama denganku. Pada saat itu, aku juga tanya kepada salah satu mentorku yang merupakan lulusan kampus Amerika. Banyak dapat masukan dari mereka semua. Pada akhirnya aku sendirilah yang menjadi kuncinya. Aku pelajari kembali 3 essays yang udah aku buat dan kirimkan ke Columbia University, baca-baca tentang program di kampusnya, baca-baca tentang Social Work, dan hal-hal kecil lainnya yang aku prediksikan akan ditanya. Hampir jatuh sakit untuk mempersiapkan semua ini. Tapi, keinginan dan semangatku mengalahkan sakit itu. 

Waktu interview tiba dan aku jawab setiap pertanyaan yang diberikan semampuku. Semua pertanyaan yang diberikan tidak jauh dari personal statement (essay) yang aku buat, pengalamanku di bidang social work, kenapa pengen jadi socil worker, kenapa memilih Columbia University, mau jadi apa 5-10 tahun kedepan, apa yang menjadi motivasi kamu menjadi social worker. Itulah gambaran pertanyaan yang diberikan. Pada waktu itu, aku di interview oleh 2 orang (Director of Admissions dan salah satu Professor dari Columbia University). Di akhir interview, mereka bilang akan kasih info dalam 2 minggu kedepan mengenai hasilnya.

Setelah tahap interview, aku merasa lega dan bisa menenangkan diri sejenak. Aku kembali fokus dengan kerjaan yang lumayan menumpuk pada saat itu. Aku tidak mau ambil pusing dengan apa yang sudah terjadi saat interview. I did my best! Biarlah Tuhan yang menentukan apakah aku layak atau tidak. Intinya aku hanya berdoa dan berserah. 

Seminggu setelahnya, aku mulai dag dig dug lagi. Lulus ga ya? Itulah pertanyaan yang ada di benakku. Doa terus menerus. Setiap kali bertemu dengan orang yang tau kalau aku apply ke Columbia University, aku minta doakan. Begitu juga dengan kedua orangtua dan keluargaku. 

Tidak genap 2 minggu (14 hari), di pagi hari yang sangat indah saat itu aku bangun dan langsung buka email. Email satu-satunya pada pagi itu adalah dari Columbia University. Jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang dan aku buka emailnya. AKU DITERIMA DI COLUMBIA UNIVERSITY!!!  THANK GOD!!! Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengucap syukur pada Tuhan dan langsung beritahukan kabar baik ini kepada kedua orangtuaku di kampung halaman. Anak seorang petani biasa bisa kuliah di salah satu kampus termahal dan terbaik di dunia dengan beasiswa penuh dari pemerintah Indonesia. Aku percaya kalau ini adalah karya Tuhan untukku. Tuhan melihat kerja keras dan perjuanganku selama ini. 

Inilah isi email yang aku dapat di page yang sangat indah itu dari Columbia University :)


Bagi yang ingin mendaftar untuk tahun ajaran 2017, selamat berjuang dan good luck ya!!!





Saturday, 13 August 2016

My 5-Week Experience at Columbia University, U.S.A.


When I was admitted to Columbia University School of Social Work, I searched about things that I have to prepare for joining the class. One of them was that I kept asking people who have experienced studying in the US and remembered about my experience when I studied at the University of Nebraska Omaha last year. At that time, I realized that studying in the US is very different from my university in Indonesia. As far as I know, students who are studying at Columbia University have to read many books and do many assignments every week.

In addition, there are some cultural differences that make me need time to adjust. For instance, if I talk to another student who is coming from a different country, I have to be more focused on his/her voices/intonation because our dialect is not same. Moreover, we are from different backgrounds. However, these kinds of challenge are common for me because I come from Indonesia who has more than a hundred languages and tribes. One thing that we have to implement is respect towards each other. I believe that by having this mindset, we are going to have a peaceful environment.

Personally speaking, the most difficult thing to adjust as a new student at Columbia University is reading books, journals, articles, and news every day and summarizing it. Probably, it is common for other students especially for the US students. In contrast, this is the biggest challenge for me because my background is Physics when I was in college. Yet, I will face it by having exercises every day. Yeah, welcome to Columbia University in the City of New York, U.S.A! 
Butler Library

Yes, there are a lot of assignments every week, but I still have time to explore New York City. Here are some places that I have visited;
Times Square

4th of July in Brooklyn 

China Town

Central Park

Cathedral Church St. John the Devine 

I have been studying at Columbia University for more than five weeks. I learnt a lot about what social workers have done here in the city. I visited and communicated with some agencies that focus on social work. In addition, I gained so much new knowledge from the professors who were teaching us in the class. I am still consistent with my idea to be a social worker and even more excited than before coming here. One thing that makes me curious until now is how to find the real method that I will take for next year. Frankly speaking, I do love all the topics or methods that Columbia School of Social Work offers to us. From these several weeks, I realized that social workers play a big role to change the society. No matter what kind of methods the students take, all of them are good and meaningful.

At my faculty! #LPDP #Pinisi67 

I tend to believe that all knowledge, skills, and experience during my time here will be useful in my country. I will bring all those things and hopefully implement them. One of the most important things to be implemented in Indonesia is how to reduce poverty or increase the economics of the poor people and how to develop children, youth and family. These kinds of knowledge and experience that I really need for my future. Besides, I also want to bring the international experience to my community. Therefore, I can share what many people do in the United States. I do want to influence many people in my country with international skills that I have gained from Columbia University and New York City. I know that I still need a lot of advice from my classmates, lecturers, and professors to make me ready for the field practice for next year. I will try my best to achieve my dream from this school. I will learn more and give more effort for that. 

AKSI NYATAKU UNTUK INDONESIA

Perjalananku kali ini tidak hanya untuk travelling tetapi juga untuk menyapa dan menginspirasi siswa-siswa dan masyarakat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Pada bulan Desember 2015 yang lalu, aku terpilih mengikuti program #MenyapaNegeriku dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia. Aku menjadi salah satu diantara 44 orang terpilih dari 47.523 pendaftar se-Indonesia.

Kurang lebih empat jam perjalanan dari kota Ende, tibalah di tempat yang dinantikan yaitu Dusun Wolobetho. Disambut dengan tarian khas masyarakat Ende yaitu tari Gawi. Daerah yang tidak memiliki listrik dan sangat sulit mendapatkan sinyal telekomuniaksi ini sungguh mengharukan. Miris melihat siswa-siswa yang tidak memakai sepatu, pakaian sekolah yang kotor, rambut kembang keras yang mungkin jarang dicuci ataupun disisir dan gedung sekolah yang kurang layak untuk belajar. Aku lakukan tugasku dengan sepenuh hati. Menginspirasi mereka dengan menceritakan mimpi dan perjuanganku sebagai seorang anak peatni biasa untuk mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat (info: http://news.okezone.com/read/2015/08/15/65/1196750/wujud-mimpi-anak-petani-ke-amerika)

Siswa-Siwi SD Feori Dusun Wolobetho

Tinggal beberapa hari di tempat ini menjadi kepuasan batin tersendiri bagiku. Aku bahagia karena aku masih bisa berbagi dan menginspirasi anak-anak dan warga yang ada di sana supaya memiliki mimpi yang besar untuk meraih cita-citanya. Mereka begitu bahagia ketika aku bercerita tentang semua pengalamanku selama ini.
Menginspirasi Siswa-Siswi SMK N 6 Wolobetho

Setiap harinya hingga tengah malam aku dan teman-teman yang lain masih bercerita dengan masyarakat dan kepala sukunya. Dari setiap perbincangan inilah aku mendapatkan ilmu baru. Mulai dari adat istiadat atau budaya, makanan khas, potensi daerah, dan sistem pendidikan di sana. Aku sadar bahwa aku tidak bisa menginjakkan kaki di Amerika tanpa Indonesia. Aku bukanlah apa-apa tanpa Indonesia. Oleh sebab itu, aku harus melakukan aksi nyata untuk bangsaku. Melihat situasi dan kondisi yang ada di tempat ini, muncullah ide untuk membuat program "Buku Untukmu #Ende". Program ini adalah program pengumpulan buku ini dari orang-orang yang ingin mendonasikan bukunya. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah perpustakaan desa (info: http://news.okezone.com/read/2016/04/29/65/1376083/kumpulkan-buku-demi-bangun-minat-baca-di-ende)
Poster Buku Untukmu #Ende

Aku semakin bersyukur dan bahagia lagi ketika aku memiliki kesempatan untuk mengunjungi daerah wisata alam di sana. Ada danau tiga warna yang dikenal dengan danau Kelimutu dan keindahan pantai Enabara Maurole yang belum pernah tersentuh oleh tangan manusia dan memiliki hamparan pasir putih serta air laut yang jernih. Kemudian peninggalan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia yaitu Rumah Pengasingan Bung Karno dan tempat perenungan butir-butir Pancasila oleh Bung Karno tepat di bawah pohon Sukunnya. 

Rumah Pengasingan Bung Karno

Perjalanan ini memberikan pelajaran luar biasa bagiku, diantaranya untuk selalu bersyukur dan mengajarkanku hidup untuk kebaikan orang banyak. Selain itu, aku mengetahui bahwa ada kekayaan Ende yang luar biasa dan tak ternilai harganya. Aku semakin bangga dan jatuh cinta pada Indonesia.

Program Buku Untuk #Ende telah berlangsung sejak akhir Desember 2015 hingga February 2016. Terkumpul lebih dari seribu buku dari para donator yang berasal dari bebagai kota di Indonesia. Setelah itu, saya kembali melakukan kampanye pengumpulan dana untuk pengiriman buku serta pembelian alat-alat untuk perpusatakaan. Pada pertengahan Mei 2016, dana terkumpul dari para donatur dan akhirnya pada awal Juni 2016, Dusun Wolobetho, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur telah memiliki sebuah perpustakaan desa. Aksi kecil harapan besar untuk anak-anak di Ende. Untuk Indonesia yang lebih baik.

Siswa-Siswi di Dusun Wolobetho

Peresmian Perpustakaan Dusun Wolobetho

TAKE ACTION AND MAKE DIFFERENT!