Tuesday, 3 November 2015

Beasiswa ke Amerika Serikat

Semua berawal dari mimpi dan kerja keras. Aku berasal dari keluarga yang sederhana, kedua orangtuaku adalah petani tetapi aku punya mimpi yang besar untuk bisa belajar dan menginjakkan kaki di negeri Paman Sam melalui program beasiswa. Pada tahun 2009, aku lulus di jurusan Fisika Universitas Sriwijaya melalui jalur SNMPTN yang sekarang ini disebut dengan SBMPTN. Pada awalnya orangtuaku tidak memiliki dana untuk memberangkatkanku ke kota yang terkenal dengan mpek-mpek tersebut. Tetapi, karena keinginanku untuk sekolah, akhirnya orangtuaku meminjam uang dari sahabat dekatku.

Singkat cerita, aku mengawali perkuliahanku dengan dana yang sangat minim sehingga aku harus mencari pekerjaan tambahan. Karena masih semester 1 dan belum mengenal situasi di sana, aku hanya bisa mendaftar beasiswa kampus. Karena nilaiku yang bagus sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), aku yakin pasti bisa mendapatkan beasiswa. Rasa optimis itu pun dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Aku mendapatkan beasiswa tersebut hingga aku lulus menjadi seorang sarjana (selama 8 semester).

Tetapi, beasiswa dari kampus itu tidaklah begitu besar sehingga aku harus mencari dan berusaha untuk mendapat uang tambahan sebagai biaya hidup sehari-hari. Hingga pada semester 3, aku memberanikan diri untuk melamar di salah satu bimbingan belajar di Palembang. Aku diterima dan langsung diberikan kepercayaan untuk mengajar anak Sekolah Dasar (SD). Seiring berjalannya waktu, aku dipercayakan juga untuk mengajar di kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jadwal kuliahku di semester 4 tidak sesuai lagi dengan jadwal mengajar. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti dan aktif di organisasi kampus dan menjadi asisten dosen.

Ketika aku mengajar di bimbingan belajar tersebut, aku memiliki teman dekat yang sudah aku anggap sebagai saudara sendiri. Aku dikenalkan dengan temannya yang sudah pernah mendapat beasiswa belajar di Amerika Serikat. Aku merasa bahwa mimpiku itu sudah dekat. Aku dibimbing dan disarankan untuk mendaftar. Tetapi, aku tidak lulus karena nilai bahasa Inggrisku masih belum cukup. Tuhan menyuruh aku untuk belajar lebih keras lagi.

Kegagalan itu membuat aku tertantang dan berfikir bahwa untuk mendapatkan beasiswa ke Amerika itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku berusaha dan mulai memperbaiki kekurangan yang ada. Aku belajar bahasa Inggris diwaktu luangku walaupun tidak begitu banyak perkembangan tetapi aku terus berusaha. Aku aktif di organisasi dan mengikuti kegiatan kepemudaan dan kegiatan sosial. Hal ini membawaku menjadi perwakilan kampus di beberapa kegiatan diantaranya adalah menjadi perwakilan kampus ke acara Indonesian Young Change Maker Summit 2012 di Bandung dan menjadi ketua delegasi dalam acara International Youth Program 2012 di Malaysia. Ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di luar negeri. Aku bangga menjadi perwakilan universitas dan Indonesia serta mendapat dukungan penuh dari pihak kampus.

Mimpiku untuk bisa belajar di Amerika tetap ada dan semakin membara ketika mendengar bahwa ada teman lain yang juga mendapatkan beasiswa belajar singkat di Amerika dengan program yang berbeda dengan yang pernah aku dengar sebelumnya. Aku bertanya dan berdiskusi dengan mereka dan mencoba mendaftar beasiswa tersebut. Sambil mempersiapkan berkas, aku mengikuti ajang pemilihan Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012. Walaupun aku dari jurusan Fisika, aku berhasil mengalahkan peserta lain dan dinobatkan sebagai Wakil Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2012. Tidak lama setelah itu, aku juga mendapat kabar gembira bahwa aku akan menjadi delegasi kampus dalam acara nasional yang bernama Forum Indonesia Muda. Pada saat itu, aku juga menyingkirkan ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia. Di akhir tahun 2012, aku mendengar kabar bahwa aku tidak lolos beasiswa ke Amerika. Wah, rasa sakit itu datang lagi untuk kedua kalinya. Tetapi aku tidak mau terlalu larut. Aku kembali koreksi kekuranganku dan berusaha memperbaikinya.

Pada awal 2013, aku memiliki beberapa mimpi besar selain bisa mendapatkan beasiswa ke Amerika. Aku punya mimpi kalau aku harus bisa lulus tahun 2013 dan sebelum lulus aku harus melakukan sesuatu untuk kampus dan lingkunganku. Dimulai dengan prestasi mewakili Indonesia di ASEAN Conference 2013 kemudian karena nilai akademik yang baik, memiliki prestasi, aktif dalam kegiatan sosial dan kepemudaan, serta aktif dalam organisasi dalam maupun luar kampus, maka pada tahun 2013 aku mendapat penghargaan dari dekan sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya. Kemudian aku membuat beberapa kegiatan sosial yang memiliki manfaat yang besar kepada pemuda dan masyarakat luas seperti Global Peace Volunteer Camp Asia-Pacific Regional Camp, The Power of Rupiah Universitas Sriwijaya, Sahur on the Road, dan Save Musi. Kegiatan ini aku lakukan supaya para pemuda dan masyarakat umum bisa saling membantu dan peduli terhadap sesama. Sebelum sidang skripsi, aku juga memiliki kesempatan menjadi perwakilan Indonesia di Asian Youth Exchange 2013. Program ini menjadi program terakhir yang aku ikuti selama berstatus menjadi seorang mahasiswa.  

5 hari setelah wisuda tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2013 aku langsung bekerja di salah satu International NGO di Jakarta. Banyak ilmu dan pengalaman yang aku dapatkan ketika bekerja di organisasi nirlaba ini. Aku dipercaya menjadi program coordinator pada bidang kepemudaan dan pemberdayaan masyarakat.  Pada tahun 2013 dan 2014, aku coba mendaftar kegiatan kepemudaan lagi di Amerika dan masih saja belum beruntung alias gagal. Rasanya ingin saja berhenti bermimpi untuk bisa mendapat beasiswa ke sana. Tapi, hati kecilku berkata lain. Kalau kamu menyerah sekarang, maka akan sia-sialah perjuanganmu selama ini. Itulah sebuah kalimat yang ada di hati kecil ini. Hingga akhirnya aku bangkit kembali. Semangat dan berusahalah meraih mimpi-mimpi itu!

Tetapi selalu saja ada pengganti dari setiap ketidaklulusanku dari program Amerika tersebut. Mungkin inilah hadiah bagi orang yang mau berjuang dan tidak patah semangat untuk meraih mimpinya. Beberapa contohnya adalah sebelum mengakhiri tahun 2013, aku mendapat kesempatan kembali menjadi salah satu delegasi dari Indonesia untuk megikuti Global Peace Convention 2013 di Kuala Lumpur. Di pertengahan tahun 2014, aku juga menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam acara Asia-Pacific Youth Training on Civic Participation dan Global Media Forum 2014 di Bali. Jadi, ada saja yang diberikan Tuhan bagi orang yang mau berjuang dan berusaha.

Di awal tahun 2015, mimpi untuk bisa mendapatkan beasiswa ke Amerika masih tetap melekat di hati. Aku berusaha mencari info dan berjuang untuk tetap konsisten dengan mimpiku itu. Setiap rencana dan segala sesuatu yang aku ikuti selalu aku beritahukan kepada orangtua dan meminta doa dari mereka. Doa dan dukungan dari orangtuaku yang selalu menguatkan aku. Aku mendaftar lagi sebuah program beasiswa ke Amerika dan gagal lagi. Kegagalan kali ini rasanya membuat aku setengah mati. Aku merasa bahwa aku ini orang yang tidak layak menginjakkan kaki di Amerika. Aku galau dan sangat terpukul. Aku merasa bahwa aku sudah sangat-sangat maksimal tetapi masih saja gagal. Aku sudah tidak tau mau berbuat apa. Seperti tahun sebelumnya, Tuhan selalu memberikan sebuah pengganti. Bulan Februari 2015, aku menjadi salah satu dari 10 pemimpin muda Indonesia untuk mengikuti pelatihan tentang perdamaian di Filipina. Nama programnya adalah YSEALI United for Peace 2015. Aku terpilih karena aku aktif dalam organisasi kepemudaan yang mempromosikan toleransi dan perdamaian melalui dialog antar  iman dan budaya.

Tidak lama kemudian, aku tersadar bahwa setiap manusia itu memiliki rezeki yang berbeda-beda. Ada yang sekali coba saja sudah lolos dan ada orang sampai beberapa kali mencoba dulu baru lolos. Diumpamakan seperti isi air di dalam botol. Setiap orang memiliki isi air yang berbeda-beda. Bagi yang memiliki isi air yang sudah banyak dan hampir penuh, berarti dia hanya butuh usaha sedikit saja untuk membuatnya penuh. Sedangkan yang masih memiliki isi air sedikit, berarti membutuhkan usaha dan kerja keras yang luar biasa untuk membuatnya penuh. Begitulah hidup ini menurutku.

Semangatku kembali membara dan aku mencoba berdiskusi dengan orang-orang hebat di sekitarku. Aku meminta saran dan masukan dari mereka dan akhirnya aku putuskan untuk mendaftar lagi ke program beasiswa short course dari pemerintah Amerika ini. Akhirnya, penantian panjang dan perjuangan yang luar biasa selama ini membuahkan hasil. Tepat pada tanggal 20 Juli 2015, aku mendapatkan kabar sukacita yang luar biasa dari staff kedutaan Amerika di Jakarta  bahwa aku lolos menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang mendapatkan beasiswa penuh untuk mengikuti program short course di Amerika. Nama programnya adalah Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) on Civic Engagement. Ini adalah program berkelanjutan dari Presiden Barack Obama yang diluncurkan pada tahun 2013 lalu untuk para pemimpin muda di negara ASEAN. Aku sangat bahagia dan rasanya terbayar sudah perjuangan selama ini. Penantian dan perjuangan selama kurang lebih 4 tahun ini terbayar sudah. Benar kata pepatah bahwa tidak ada hasil yang menghianati usaha. Yang sangat membuat aku bahagia lagi adalah bahwa tanggal 25 Juli adalah hari kelahiranku dan beasiswa ini adalah hadiah terindah dari Tuhan untukku.

Akhirnya aku bisa belajar selama 5 minggu di Amerika. Program tersebut telah terlaksana sejak tanggal 26 September hingga 31 Oktober 2015 di University of Nebraska Omaha, USA dan beberapa tempat lain seperti Scottbluffs, South Dakota, Porland dan penutupan atau akhir dari program ini dilaksanakan di Washington DC, USA. Terima kasih Tuhan buat kesempatan yang luar biasa ini!‼


Bagi para pemuda Indonesia yang memiliki mimpi untuk mendapatkan sesuatu, jangan pernah menyerah untuk meraih mimpi tersebut. Karena setiap orang memiliki kapasitas dan rezeki yang berbeda-beda. Tetap konsisten dan berjuang terus untuk memperbaiki diri dan belajar dari setiap kegagalan serta doakan usaha dan mimpimu itu.  Jikalau saja aku menyerah awal tahun 2015 ini maka aku tidak akan mendapat beasiswa ini. Bayangkan saja kalau kegagalan yang sekarang ini adalah kegagalan terakhir kita sehingga kita selalu bersemangat untuk tetap berusaha. Bayangkan jugalah bahwa tinggal selangkah lagi untuk meraih mimpi itu. Jadi selalu termotivasi untuk tetap memelihara mimpi yang ada dan berusaha untuk meraihnya. Bermimpi, berjuang, dan berdoa. Semoga cerita ini bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi yang membaca!