Sunday, 24 January 2016

Test IELTS di British Council “Usaha dan Mukjizat”

Bagiku, setiap orang itu unik  dan berbeda-beda. Tidak semua orang memiliki kemampuan dan usaha yang sama. Akhir tahun 2014 aku memutuskan untuk tidak lanjut bekerja di tempat kerja supaya bisa fokus untuk belajar IELTS. Ini keputusan yang berat tetapi aku harus melakukannya karena aku ingin sekali melanjutkan S2 keluar negeri dengan beasiswa. Akhirnya aku mendaftar test untuk pertama kalinya di IDP Jakarta. Oh ya, aku sempat mengikuti kursus IELTS di LBI UI Salemba pada akhir tahun 2014. Tetapi karena kesibukan jadwal kerja di kantor dan keluar kota, aku hanya mengikuti kelas beberapa kali saja (mungkin hanya 3 kali). Hmm..sedih sebenarnya karena belum terlalu paham dengan IELTS dan sudah membayar uang kursusnya. Ya sudah lah, mari kita move on hahaha

Oke, tepatnya tanggal 28 Februari 2015 aku test. Aku mendapatkan lokasi test di sekolah Raffles. Sekolah ini sangat jauh dari tempat dimana aku tinggal. Berangkat pagi dan tibalah di lokasi. Ketika itu aku hanya banyak latihan pada bagian listening. Test dimulai dan aku merasa bahwa aku kurang mampu mengerjakan setiap bagiannya. Alhasil, aku merasa down dan sangat takut akan hasilnya (bayangin aja udah bayar 2,8 juta). Aku hanya berserah dan berdoa setiap harinya. Hingga hasilnya keluar dan aku hanya mendaptkan score 5,5 (overall). Aku malu dan sadar kalau aku itu memang belum mampu dan belum memahami tentang IELTS ini. Aku merefleksikan diri dan menyadari bahwa aku memang belum siap dan butuh latihan lebih banyak lagi. Alasan aku ketika itu adalah karena mempersiapkan acara ke Filipina dan setelah pulang dari Filipina sangat kurang waktu untuk belajar (katanya temenku sih aliby wkwk).

Karena semangat yang menggebu-gebu akhirnya aku daftar lagi untuk test di bulan Maret. Yah, namanya juga usaha kan. Aku daftar di Specta Kelapa Gading. Aku coba perbaiki cara belajarku walaupun ga banyak perubahan. At least, aku udah berusaha untuk belajar. Aku ajak temenku yang udah bagus banget Englishnya untuk belajar bareng. Pada waktu itu aku latihan speaking dan writing dengannya di Jaktim. Aku lumayan pede dengan apa yang aku lakukan. Aku test dan merasa kalau aku bisa mengerjakan semuanya dengan baik. Aku juga mendoakan hasilnya supaya dapat yang terbaik. Hasilnya keluar dan masih saja mendapatkan 5,5 overall. Waduh, aku down banget  melihat score listening yang paling banyak aku latih tetapi hasilnya paling rendah. Tetapi, score writingku membuat aku bahagia dan menutupi rasa kecewa pada score listening.

Yap, uang sudah habis hampir 5 juta rupiah. Aku berfikir sangat matang untuk mengambil test lagi karena keuangan juga belum stabil. Aku percaya Tuhah Maha tau. Dia pasti tau apa yang aku butuhkan. Pada bulan Agustus aku mendapatkan kesempatan mengikuti 2 pelatihan yang setiap pelatihan tersebut mendapatkan uang yang sangat cukup dan bisa mendaftar IELTS lagi. Test yang ketiga ini, aku daftar di British Council Jakarta. Test kali ini benar-benar lelah karena 2 minggu sebelum hari H aku ada pelatihan di Jakarta dan Bogor. Schedule yang sangat padat tetapi aku pasti latihan setiap ada waktu luang. Terutama pada listening. Aku merasa kalau speaking dan writing aku tinggal upgrade sedikit lagi.

Aku test dan beberapa hari kemudian langsung berangkat ke Amerika. Aku merasa ketika test udah maksimal juga dan tetap aku doakan hasilnya. Berharap bisa dapat 6,5 overall. Yapp, seminggu berada di Amerika hasil IELTS keluar dan nilainya masih saja 5,5 overall. What??? Kenapa segini terus ya? Aku tetap positive thinking. Berarti aku yang masih butuh usaha yang lebih keras lagi. Aku usahakan untuk latihan setiap harinya di Amerika terutama dalam hal speaking. Emang harus ngomong pake English (Amerika cuyy. Hha). Aku ga terlalu sedih karena aku sudah maksimal dalam usaha dan doa. Hanya saja mungkin usaha dan doaku masih kurang tulus. LOL

Selama di Amerika aku mencoba mengumpulkan uang dari uang mingguan yang aku dapatkan selama di sana. Waktu pulang ke Indonesia aku pakai uang itu untuk mendaftar IELTS di British Council. Seperti biasa, setelah dafar sampai H-1 aku banyak banget kegiatan yang membuat waktu belajarku sangat minim. Salah satunya adalah bertemu dengan President Barack Obama dan terpilih program #MenyapaNegeriku dari Dikti. Tapi, aku selalu berusaha menyempatkan diri untuk latihan walaupun hanya sebentar. 

Tepatnya tanggal 12 Desember 2015, aku pun test di hotel Millenium Jakarta. Aku selalu hadir lebih awal supaya tenang dan tidak tergesa-gesa. Siap ga siap, aku harus siap. Itulah yang ada dalam hatiku. 10 menit sebelum ujian, aku minta doa kepada sang mama. Karena aku percaya doa orang tua itu sangatlah berpengaruh. Mama bilang “pasti lulus ya Nak”. Aku jawab dengan penuh percaya, amin Mak! 

Test dimulai dari listening, reading dan writing. Ketiga test ini aku laksanakan dalam hari yang sama yaitu 12 Desember 2015 dan mendapatkan jadwal speaking pada tanggal 14 Desember 2015. Sebelum membuka soal, aku berdoa dalam hati dan membayangkan wajah orang tuaku. Dengan yakin aku membuka soalnya dan mulai menjawab. Soal listening sudah selesai dan aku yakin kalau aku bisaa lolos karena aku bisa menjawab soalnya dengan baik. Aku senang karena soalnya tidak sesulit ketika latihan. Dilanjutkan dengan test reading. Tidak seperti test sebelumnya, test reading kali ini membuat aku hampir putus asa. Otak aku seperti tidak jalan. Susah mencerna dan merasa tidak paham. Rasanya mau menangis. Dalam hati berkata “Tuhannnn ini testku yang keempat kali..aku udh gatau lagi mau bilang apa. Tolong beri aku petunjukMu”. Hingga aku menjawab semua soal itu dengan kata hati saja. Aku benar-benar pasrah!

Rasa down itu tidak lama. Aku langsung semangat lagi ketika aku melihat soal test writing. Soal nomor 2 nya mirip dengan soal yang aku kerjakan sebagai latihan sebelum test. Aku bahagia dan dengan lancar sekali aku menyelesaikan soal writing 2 dan langsung menyelesaiakan soal nomor 1. Aku optimis sekali dengan test writing. Setelah keluar dari ruangan, aku kembali lagi sedih mengingat test readingku.
Aku tidak mau larut dalam kesedihan dan aku mulai berfikir untuk test speaking. Aku berdoa dan latihan dengan teman-temanku di kosan. Aku mulai melihat strategi apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan nilai yang baik. Aku coba latihan dan mengingat tips yang harus aku katakan ketika menjawab soal. Tanggal 14 tiba dan aku test speaking. Sebelum masuk ke ruangan, sambil nunggu giliran aku mencoba untuk melatih speaking aku dengan teman-teman yang akan test speaking juga. Sehingga bisa lebih lancar atau tidak kaget ketika masuk ke ruangan. Test speakingku pun berjalan dengan baik dan menurutku aku masih kurang maksimal. Tapi, aku udah lakukan yang terbaik. Tuhan pasti tahu!

Menunggu hasil adalah hal yang sangat menegangkan bagiku. Dimana aku ingin sekali bisa lulus dengan  nilai yang baik. Karena kekwatiranku yang berlebihan dengan test readingku, akupun cerita kepada teman-teman LENSA di gereja Katedral Jakarta. Ketika itu mereka menyarankan aku untuk berpuasa dan berdoa sunggug-sungguh. Semoga diberikan hasil yang terbaik. Karena mukjizat itu sungguh nyata. Sebagai orang Katolik, hal tersebut mengingatkan aku akan kalimat berikut: “Bagi Tuhan tak ada yang mustahil dan mukjizat itu nyata bagi orang percaya”. Semua kembali kepada kepercayaan kita masing-masing pokonya.

Pada akhirnya akupun melakukan kedua hal itu dengan sungguh-sungguh. Aku berpuasa dan aku berdoa sungguh-sungguh! Aku berdoa supaya Tuhan memberikan mukjizat untuk hasil IELTSku karena aku yakin kalau dengan hasil usahaku sendiri aku tidak akan mampu meraih 6,5 overall. Terutama dalam hal reading. To be honest, dari seluruh soal reading itu, satupun tidak ada yang bisa aku jawab dengan benar. Hal ini yang membuat aku sangat khawatir. Setiap hari berdoa dan memohon yang terbaik dari Tuhan. Hampir tiap hari aku datang dan berdoa ke gereja Katedral Jakarta. Tidak lupa juga, sebagai seorang penganut agama Katolik aku meminta bantuan dari Bunda Maria untuk mendoakanku. Aku sering sekali berdoa tiga kali salam maria di dalam hatiku ketika mengingat nilai IELTSku. Datang ke gereja Katedral dan berdoa di depan gua Maria. Harapanku semakin kuat ketika aku berdoa tulus dari hati ini. Sepertinya ak mendapat ketengan dan berfikir postif untuk hasil IELTSku kali ini. Di dalam hatiku, aku selalu memohon semoga ini menjadi kado natal dan tahun baru dari Tuhan untukku.

Tepat tanggal 28 Desember 2015, jantungku berdetak lebih kencang dan semakin kuat berdoa dalam hati. Dengan penuh penasaran, harapan yang besar dan rasa dag dig dug, aku melangkah ke British Council Jakarta. Tiba di sana langsung ambil hasil dan membuka amplopnya. Aku langsung melihat hasil readingku 6,0. Aku langsung gemetaran karena ini tidak mungkin kalau bukan Tuhan yang bekerja. Kemudian aku melirik ke sebelah kanan dan overallnya 6,5. Tidak ada nilai di bawah 6. Seketika itu juga air mataku jatuh dan aku mengucap syukur kepada Tuhan. Dari hati terdalam aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan. Aku semakin percaya bahwa mukjizat itu nyata bagi orang percaya dan mau berusaha. Terima kasih Tuhan buat mukjizatmu yang nyata dan luar biasa ini. 

Aku langsung memberitahukan hal ini kepada mamaku dan dia pun ikut menangis dan mengucap syukur. Aku beritahukan juga kepada teman-teman dekatku bahwa mukjizat itu sungguh nyata di dalam hidupku. Aku siap untuk mendatar beasiswa LPDP dan semoga nanti mendapatkan hasil yang  terbaik juga. Sangat berharap untuk lulus LPDP dan selalu memohon bantuan campur tangan Tuhan di setiap prosesnya. Mohon doanya ya! Selamat berjuang buat kalian yang mau mengambil test IELTS dan semoga sukses mencapai nilai yang kalian inginkan. Satu hal yang ingin aku sampaikan adalah berjuang dan berusahalah senantiasa serta doakan setiap usahamu itu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Percayalah, Tuhan itu tidak pernah tidur. Dia Maha mengetahui sampai ke hati kita yang paling dalam.


Friday, 8 January 2016

#MenyapaNegeriku di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur


BERSYUKUR!!! Inilah kata pertama yang aku ucapkan dalam hati dan pikiranku hingga saat ini. Aku bersyukur bisa terpilih menjadi salah satu dari 44 pemuda terpilih Indonesia dengan jumlah pendaftar 47.523 orang. Terpilih untuk bisa menyapa dan menginspirasi langsung masyarakat di daerah terpencil di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. 

Tanggal 29-30 November 2015 adalah hari pembekalan dan pelepasan peserta #MenyapaNegeriku di Jakarta. 44 pemuda terpilih berkumpul bersama dan membawa ide serta misi masing-masing untuk dibawa ke daerah penempatan. Sangat bersyukur dan bangga bisa bertemu dan mendapatkan inspirasi dari 43 pemuda yg ada di sini.



Program #MenyapaNegeriku ini adalah bagian dari program SM-3T. SM-3T adalah singkatan dari Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Program SM-3T adalah Program Pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Guru. Tagline program yang dikelola oleh DIKTI ini adalah “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”.

Daerah sasaran program ini adalah kabupaten yang termasuk kategori daerah 3T yaitu di Kabupaten Simelue (Aceh Barat), Kabupaten Aceh Timur (Aceh), Kabupaten Kepulauan Anambas (Riau), Kabupaten Berau (Kalimantan Timur), Kabupaten Sitaro (Sulawesi Utara), Kabupaten Ende (NTT), Kabupaten Sumba Timur (NTT), Kabupaten Raja Ampat (Papua Barat), Kabupaten Sorong (Papua Barat), Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat), dan Kabupaten Jayawijaya (Papua). Adapun tujuan utama dari program ini adalah membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik sehingga tidak ada lagi daerah yang hidup dalam kebodohan. Melalui program ini juga, pemerintah berusaha menjaring pada pemuda/i terbaik bangsa untuk lebih cinta tanah air, bela negara, peduli, empati, terampil memecahkan masalah kependidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam mengembangkan pendidikan pada daerah-daerah tergolong 3T sehingga mengasilkan tenaga pendidik yang terpanggil untuk mengabdi di daerah 3T.


Ada 7 orang yang berangkat ke Kabupaten Ende, NTT yaitu; 4 orang peserta yang lolos dari seleksi (Robinson, Nadia, Dedek, dan Nisa), 1 orang pendamping (Pary), dan 2 orang peninjau (Wahyu dan Anto). Pertama kali tiba di bandara H. Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende, pemandangan indah yang pertama terlihat adalah gunung Meja. Disebut gunung Meja karena di bagian atasnya datar seperti meja. Tidak kalah mengejutkan adalah bahwa kami dari tim #MenyapaNegeriku disambut meriah oleh teman-teman SM-3T di pintu kedatangan bandara sambil memberikan kalung dan bunga hasil karya mereka dan anak didik mereka di sekolah. Aku tidak bisa berkata apa lagi selain mengucapkan terima kasih. 

Lelah karena perjalanan yang cukup panjang dari Jakarta itupun seketika hilang dan memiliki energi berlipat ganda setelah melihat semangat dan sambutan dari teman-teman SM-3T tersebut. Aku merasa seperti memiliki kekuatan dan keluarga baru di Ende. Aku melihat masa depan bangsa Indonesia ini di wajah-wajah mereka. Aku memiliki harapan baru bahwa seluruh bangsa kita ini akan menjadi bangsa yang cerdas oleh tenaga pendidik yang handal dan terampil.


Siang harinya di hari pertama di Kabupaten Ende ini, kami bertemu dan langsung berdiskusi dengan Bapak Kepala Dinas (Kadis) Kabupaten Ende yaitu Bapak Piet No. Banyak cerita menarik yang dari Bapak Kadis ini. Salah satunya adalah mengenai toleransi di Ende. Ende merupakan salah satu tempat yang terkenal dengan toleransi antar umat beragama dan budaya. Adanya saling tolong menolong dan mengahargai walaupun berbeda-beda. Beliau juga mengungkapkan bahwa di Ende inilah Bapak Presiden Soekarno merenungkan kelima butir Pancasila. Beberapa masyarakat mengatakan bahwa tanpa Ende, maka tidak ada bangsa Indonesia. Aku sangat bersyukur bisa berada di kota yang penuh dengan sejarah mengenai Presiden Soekarno dan peninggalan-peninggalannya.


Bapak Piet juga sangat mendukung program #MenyapaNegeriku ini. Kalau ada program yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, kenapa harus dihalang-halangi? Ungkapnya. Dia berharap semoga program ini terus berjalan sehingga bisa menjangkau seluruh pelosok negeri yang masih membutuhkan uluran tangan kita.


Setelah bertemu dan berdiskusi dengan Bapak Kadis, kami memiliki kesempatan juga untuk bertemu dan sharing langsung dengan teman-teman SM-3T. Beberapa dari mereka menceritakan tentang pengalaman mereka selama 3 bulan mengabdi di Ende. Sangat menakjubkan sekali perjuangan mereka untuk anak-anak di pelosok. Berbagai macam tantangan yang mereka hadapi, beberapa diantaranya adalah mengenai kesehatan dan pemikiran untuk sekolah. Banyak siswa kelas 1-6 yang masih ingusan di sekolah dan tidak mandi ketika berangkat ke sekolah, masih banyak anak-anak yang tidak ingin ke sekolah karena merasa lebih penting mencari uang dengan bekerja langsung ke kebun, dan tantangan-tantangan lainnya.



Pada kesempatan ini juga, aku memiliki kesempatan untuk memberikan semangat dan dukungan kepada teman-teman SM-3T melalu cerita hidupku untuk meraih mimpi-mimpiku. Aku menceritakan bahwa untuk meraih mimpi itu butuh keberanian, kejujuran, dan konsistensi. Jadi, jika mereka memang memiliki mimpi untuk mencerdaskan anak bangsa, maka mereka harus berjuang untuk mencapainya. Tidak ada kata menyerah. Semua pasti ada jalan keluarnya. Mereka termotivasi dan merasa tertantang untuk bisa meraih mimpi besar mereka dengan cerita hidupku. Aku senang kalau ceritaku bisa bermanfaat untuk kebaikan banyak orang.

Hari kedua adalah keberangkatan ke desa Datukeli. Desa ini sekitar 60 km dari Kabupaten Ende. Kami menggunakan mobil pick up yang memakan waktu sekitar 3 jam. Perjalanan menuju tempat ini tidak terasa sama sekali karena semangat yang luar biasa dari tim #MenyapaNegeriku. Selain itu, pemandangan yang indah di sepanjang jalan menjadi pendukung utama sehingga tidak ada rasa lelah ataupun bosan selama menuju desa ini.



Ketika tiba di desa aku sangat kaget dan terdiam seketika karena sambutan yang luar biasa dari masyarakat, guru, dan siswa-siswi di desa Detukeli ini. Mereka menyambut kami semua dengan tepuk tangan, sorak sorai, tarian, dan Aku merasa seperti orang yang sangat istimewa di tempat ini. Saat itu juga, aku semakin semangat untuk bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, guru, dan siswa di sini pengalungan kain khas dari Ende.. Aku ingin benar-benar menginspirasi dan memotivasi mereka dengan maksimal sehingga kedatanganku ke sini sungguh sangat bermanfaat dan benar-benar berguna  bagi mereka semua.

Acara penyambutan selesai dan dilanjutkan dengan sesi sambutan-sambutan dari setiap pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini. Dimulai dari ketua pelaksana penyambutan tim #MenyapaNegeriku yang juga merupakan guru honorer fisika di SMKN6 (Ibu Esti Mara), perwakilan dinas Ende (Bapak Ardas), Kepsek SMKN6 (Bapak Jarawaru Yoseph), dan beberapa perwakilan guru-guru SD dan SMKN6 di desa ini.


Ketika memberikan sambutan, Ibu Esti yang merupakan honorer guru Fisika ini menangis terharu karena masih ada yang peduli dengan sekolah mereka. Dia merasa bangga walaupun sekolah ini masih berumur sangat muda yaitu 3 tahun tetapi sudah dua kali dikunjungi oleh pusat atau dari kementerian pendidikan dan ristek. Harapan beliau adalah semoga semakin banyak orang yang peduli dengan sekolah mereka sehingga bisa membatu mereka dalam hal dukungan bantuan buku-buku ajar untuk para siswa. Dia juga sangat berharap bahwa dinas Ende semakin memperdulikan guru honorer di sekolah ini. Karena tidak banyak orang yang mau dan terpanggil untuk menjadi guru honorer di tempat ini. Setiap tahun guru honorer semakin berkurang karena fasilitas yang sangat kurang mendukung. 

Ditambah lagi oleh Kepala sekolah SMKN6, Bapak Jarawaru Yoseph. Beliau sangat berharap supaya siswa-siswanya bisa semakin kreatif dengan bantuan dari pemerintah salah satunya dari progam SM3T. Sehingga para siswa yang sekolah di sink bisa bersaing dengan orang-orang yang sekolah di kota dan di negara-negara maju lainnya. Besar harapan saya supaya siswa-siswa di sini bisa mengembangkan skill nya pada bidang pertanian dan ekonomi kreatif sehingga sekolah dan daerah ini semakin maju dan dikenal oleh mancanegara, ungkapnya.

Penyambutan dan perkenalan pun selesai dilaksanakan dan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Aku merasa sangat beruntung bisa datang dan menyapa di tempat ini karena untuk pertama kalinya aku memakan nasi yang sangat unik yaitu berasal dari beras merah, putih, dan hitam.  Rasanya sangat berbeda dengan nasi biasa yang aku makan. Setelah menikmati makan siang, kami disuguhi tarian khas dari Ende oleh siswa-siswa sekolah dasar. Sangat bangga menjadi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya.

Dilanjutkan dengan sesi pemberdayaan masyarakat di desa ini oleh salah satu timku yaitu Dedek yang memiliki keahlian pada bidang pertanian. Sarjana pertanian dari Institut Pertanian Bogor ini memiliki kesempatan internship pada bidang pertanian di Amerika Serikat selama setahun. Sehingga dia menceritakan pengalamannya selama kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), internship di Amerika, dan hasil pengalamannya sendiri ketika bertani cabai di daerahnya. Dia mengajak masyarakat untuk bisa mengembangakan pertanian yang ada di sini karena desa ini memiliki sumber daya alam yang sangat bagus. Tidak sulit seperti di Amerika yang memiliki beberapa musim. Dia mengajak masyarakat untuk bisa mandiri menanam sayur, tomat, cabai, dan keperluan dapur lainnya dengan sumber daya alam yang ada.

Diskusi yang sangat interaktif antara tim #MenyapaNegeriku yaitu mas Anto, mas Wahyu, Dedek, dan masyarakat. Masyarakat sangat antusias dengan diskusi ini karena langsung memiliki dampak secara langsung di kehidupan sehari-hari. Dari hasil diskusi ini, salah satu permasalahan yang mereka hadapi adalah mereka masih belum memiliki pasar tetap untuk menjual hasil panen mereka. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar dari masyarakat di sini. Tim menyarankan kepada masyarakat untuk berfikir kreatif. Contohnya mencoba mengangkat atau mempromosikan lebih lanjut lagi mengenai hasil pertanian yang sangat terkenal dari daerah ini yaitu singkong. Singkong sangat terkenal dari daerah ini. Jadikan singkong menjadi produk unggulan dari desa ini. Sehingga semakin banyak orang yang mengenal dan mencari serta membeli singkong dari Ende. Maka akan semakin banyak pasar yang menawarkan singkong Ende.



Tumpang sari sangat berbahaya karena memiliki resiko yang tinggi. Tanaman akan saling berebut unsur yang dibutuhkan untuk bertumbuh dengan baik. Saya sarankan untuk tidak melakukan tumpang sari, kalau ingin menanam singkong, cukup tanam singkong saja sehingga hasil akan maksimal ujar Dedek.

Di akhir acara, Dedek melalukan praktek secara langsung mengenai penanaman cabai dengan sederhana tetapi memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan sehari-hari bahkan untuk diperjual belikan. Beberapa warga langsung diajak untuk ikut berpartisipasi dalam penanaman cabai tersebut. Semoga warga di sini semakin maju dalam bidang pertanian setelah megikuti sesi ini. Diakhiri dengan ramah tamah dengan kepala suku Dusun Wolobetho dan masyarakat sekitar bersama dengan teman-teman dari SM-3T. Bercerita mengenai permasalahan yang dihadapi oleh warga sekitar tentang ekonomu, hukum, dan pendidikan. Tentunya kami juga banyak bertanya mengenai budaya yang ada di daerah tersebut.

Keeskokan harinya tim #MenyapaNegeriku mulai melakukan aktifitas kembali dengan rekan-rekan SM-3T dan guru-guru. Tim #MenyapaNegeriku dibagi menjadi 2 bagian. Satu tim di SMKN6 dan yang lain melangkah terlebih dahulu ke SD Feo Ria. Aku awali dengan memberikan permainan kepada siswa-siswi untuk mencairkan suasana. Semangat dan antusias siswa-siswa semakin meningkat dengan adanya permainan yang aku berikan dan dilanjutkan dengan perkenalan setiap siswa dalam bahasa Inggris. Mereka sangat canggung karena tidak terbiasa dengan hal tersebut tetapi tetap melakukannya. Jumlah siswa di SMKN6 hanya 37 orang (kelas X, XI, XII). Mereka memiliki keinginan untuk menjadi orang sukses. Sehingga mereka tetap ingin sekolah walaupun fasilitas yang kurang memadai.


Aku menginspirasi mereka dengan menceritakan bagaimana aku bisa memiliki prestasi. Bagimana aku bisa keliling ke berbagai daerah di Indonesia bahkan ke Amerika. Saya ajarkan mereka untuk memiliki mimpi. Berani bermimpi, berusaha dan berjuang untuk meraih mimpi itu. Tidak ada yang instan untuk meraih mimpi itu. Semua butuh perjuangan dan kerja keras. Kita harus bisa mengidentifikasi hal-hal apa saja yang diperlukan untuk meraih mimpi tersebut. Tidak ada yg tak mungkin di dunia ini. Ora et labora. Bekerja sambil berdoa.

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan sangat penting. Tanpa pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka kita tidak akan maju. Kita akan tetap menjadi orang yang terpuruk bahkan menjadi orang terbelakang. Belum ada obat malas dijual dimana-mana hingga saat ini. Jadi semua kembali ke diri kita masing-masing. Untuk membuat perubahan di lingkungan itu mulailah dari sendiri terlebih dahulu. Ubah pola pikirmu dan jadilah orang yang bermanfaat bagi sesame. Menjadi seorang pemimpin itu tidak hanya dengan kekuatan tetapi juga dibarengi dengan ilmu dan akhlak. Jangan pernah menyerah untuk meraih mimpi-mimpmu. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita sebagai pemuda.

Ingat bahwa sekarang sudah banyak beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah. Harus mau dan berprestasi tentunya. Sebagai contohnya adalah aku. Aku mendapat beasiswa sejak semester 1-8 (awal sampai lulus). Awal semester aku hanya makan sekali sehari karena kondisi ekonomi orang tua yang krisis pada saat itu. Tetapi, aku memiliki mimpi dan hingga saat ini aku masih hidup dan sudah menginjakkan kaki di Amerika. Jadi, tidak ada kata terlambat bagi orang mau belajar. Mulai dari sekarang sebelum kamu menyesal dengan hidupmu di masa mendatang. Jangan pernah sombong dengan apa yg dimiliki. Jadilah ilmu padi yg semakin berisi semakin merunduk. Tidak ada artinya ilmu dan prestasi yang km miliki kalau tidak bermanfaat bagi orang lain. Seluruh siswa mengerti dan ingin sekali bisa mencapai mimpi-mimpi mereka. Semoga cerita dari pengalamanku tersebut bisa mengubah pola pikir mereka untuk menjadi lebih baik.


Kemudian beranjak ke SD Fio Ria. Siswa di sekolah ini hanya berjumlah 27 orang. Hampir seluruh siswa tidak ada yang berpakaian bersih. Sebagian dari mereka tidak memiliki sepatu ataupun alas kaki. Sebagian pembatas antara kelas terdiri dari bamboo dan juga seng. Sangat memprihatinkan sekali kondisi sekolah ini. Perasaan sedih dan senang terjadi sekaligus di tempat ini. Bahagia karena melihat semangat dan senyuman dari mereka serta sedih melihat situasi dan kondisinya.

Di sekolah ini kami menghibur siswa-siswa dengan mengajak mereka bermain. Bermain dan bernyanyi adalah hal yang disenangi oleh anak-anak. Di dalam permainan, kami juga mengajarkan mereka hal-hal yang baik yang harus dilakukan dan hal yang salah yang tidak boleh dilakukan. Permainan tersebut adalah permainan ular tangga dari kejaksaan tinggi Indonesia. Diakhir pertemuan kami memberikan nasihat dan semangat kepada mereka serta memberikan cinderamata yang membuat mereka lebih bahagia lagi dari sebelumnya.

Keadaan siswa-siswi di SD Feoria


Perjalanan dilanjutkan ke sekolah SD Funga Panda. Sekolah ini lebih besar dari sekolah sebelumnya. Jumlah siswanya sekitar 79 orang dengan jumlah guru ada 8. Siswa di sini juga tidak kalah semangat dengan sebelumnya. Mereka menerima pelajaran tentang bagaimana mencuci tangan dan meyikat gigi yang benar dari salah satu peserta #MenyapaNegeriku yaitu Nisa. Di samping itu, Nadia yang merupakan penari yang baik juga mengajarkan mereka bagaimana menari yang baik, disukai banyak orang, dan bisa menyampaikan pesannya.


Semua berjalan dengan baik dan diakhiri dengan berbincang-bincang dengan kepala desa dan juga kepala dusun sebelum meninggalkan sekolah. Diskusi yang sangat interaktif itu dilanjutkan dengan warga di rumah kepala suku dusun Lio. Di tempat ini semakin banyak pertanyaan yang mucul dari masyarakat tentang pertanian dan tentang hukum. Sehingga Dedek dan Anto menjadi bintang utama dalam diskusi dengan masyarakat ini. Semua terjawab dan terlaksana dengan baik. Masyarakat sangat senang dan puas dengan hasil diskusi.



Pada waktu itu juga beberapa guru bertanya tentang beasiswa S2 kepadaku. Aku menjelaskan dengan baik tentang beberapa beasiswa yang aku ketahui dan memberitahukan link ataupun websitenya. Saya sangat ingin sekali mereka juga bisa meraskan apa yang orang-orang di kota rasakan. Bisa dengan mudah mengakses infomasi dan mendapatkan informasi khusunya tentang beasiswa dan pendidikan. Sehingga dengan waktu yang sangat terbatas, saya menyempatkan waktu untuk menyebarluaskan info yang saya ketahui dan memotivasi mereka untuk berjuang mendapatkan beasiswa tersebut. Warga sangat berharap supaya kami bisa tinggal lebih lama di desa ini. Tetapi, apa daya karena program sudah selesai dan kami harus kembali ke daerah masing-masing.


Setelah selesai dari program ini, tim #MenyapaNegeriku Kabupaten Ende, NTT akan membuat sebuah project untuk anak-anak dan masyarakat di dusun Wolobetho, Ende, NTT. Nama project tersebut adalah Buku Untukmu. Tim #MenyapaNegeriku akan mengumpulkan buku-buku dari orang yang akan menyumbangkan bukunya untuk anak-anak di tempat ini. Setelah buku terkumpul, akan dikirmkan langsung ke sana. Sehingga mereka bisa belajar lebih baik dan meningkatkan mutu pendidikan mereka. Karena sampai sekarang mereka sangat kekurangan buku dan tidak memiliki perpustakaan. Mereka sangat membutuhkan bantuan kita semua. Karena saya percaya bahwa mereka sangat membutuhkan uluran tangan kita. Setidaknya kita melakukan aksi kecil tetapi memiliki dampak yang besar bagi mereka. Sehingga ada manfaatnya kunjungan kita ke sana. Melihat dan merasakan secara langsung apa yang terjadi di sana.
Program ini kiranya bisa dilaksanakan di seluruh daerah 3T sehingga akan memiliki dampak yang begitu besar dan baik bagi masyarakat Indonesia. Promosi untuk pengumpulan buku ini akan dilakukan melalu jaringan sosial media. Baik itu facebook, twitter, blog, website, instagram, Line, Path dan sebagainya. Semoga banyak orang yang terpanggil hatinya untuk menyumbangakan buku-bukunya kepada anak-anak yang membutuhkan di dusun Wolobetho, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

















Monday, 4 January 2016

BELAJAR 5 MINGGU DI AMERIKA SERIKAT

Tidak terasa bahwa program belajar 5 minggu di Amerika Serikat sudah selesai (26 September -31 Oktober 2015). Program yang aku impi-impikan selama ini sudah terjadi di dalam hidupku. Banyak hal yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Mulai dari persiapan keberangkatan sampai kembalinya ke tanah air semuanya berjalan dengan baik tanpa kekurangan sesuatu apapun. Aku percaya bahwa ini semua berkat dukungan dan doa dari orang-orang yang selalu ada untuk aku. Aku bersyukur bisa mendapatkan semua ini. Terima kasih semuanya!


Setelah transit beberapa jam di Jepang, aku melanjutkan penerbangan ke Denver International Airport. Semangat yang luar biasa membuatku merasa tidak lelah selama perjalanan menuju negeri Paman Sam ketika itu. Kota pertama yang menjadi destinasi pertamaku di Amerika adalah Denver. Karena aku harus transit sekali lagi untuk tiba di kota tujuan yaitu Omaha, Nebraska. Ketika tiba di Denver, aku masih belum percaya kalau aku sudah berada di Amerika. Oh..seperti mimpi rasanya. Aku langsung mengambil foto walaupun dengan wajah agak kusam ketika itu. Aku langsung unggah ke sosial media dan mengucap syukur bahwa akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di negeri Paman Sam tersebut.




Hingga pada akhirnya tibalah di kota tujuan di mana aku akan menimba ilmu dan pengalaman. Omaha nama kotanya. Nama kota yang sangat asing bagiku. Belum pernah sama sekali aku dengar sebelum mendapatkan pengumuman bahwa aku akan ke kota itu. Tiba di penginapan malam hari dan langsung istirahat. Karena belum ada jadwal untuk pagi harinya, aku langsung berangkat ke kampus untuk melihat dan menjelajahi kampus. Tidak sabar rasanya merasakan belajar di kampus bersama orang-orang yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda dari Indonesia. Hingga pada akhirnya bisa melihat kampus terbaik di kota itu. Iya, University of Nebraska Omaha adalah kampus terbaik di tempat ini. Bangga bisa menjadi salah satu bagian darinya.

Setiap mahasiswa di kampus yang menjadi rangking pertama untuk permainan Hockey di USA ini disebut dengan Mavericks. Jadi, aku adalah salah satu dari Maveriks tersebut. Yay! Kampus yang sangat berbeda dengan kampus yang pernah aku kunjungi di negaraku sendiri. Begitu banyak fasilitas kampus yang bisa digunakan secara gratis. Beberapa diantaranya yang sangat terkenal adalah fasilitas perpustakaan yang lengkap, fasilitas kesehatan, GYM, kolam renang, climbing, badminton, basket, dan banyak lagi fasilitas olahraga lainnya yang ada di kampus. Semua gratis dengan dengan menggunakan MavCard atau kartu mahasiswa. Pantesan aja pada sehat-sehat semua ya. Hehe. Selain itu, perbedaan yang sangat menonjol adalah mereka bisa menggunakan kaos oblong dan celana pendek ke kampus ataupun ke dalam kelas. Sehingga, dalam pemikiranku setelah selesai olahraga bisa langsung masuk kelas. Yah, mungkin inilah salah satu perbedaan budaya antara Indonesia dan Amerika.

Oh iya, aku bersama dengan 20 pemimpin muda dari 9 negara ASEAN lainnya memiliki semangat yang sama dan ingin menimba ilmu di sana. 9 negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Laos, Cambodia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.  Jadi kami ada 21 orang. Kami menjadi sebuah keluarga baru yang bersama-sama datang ke Amerika untuk belajar dan ingin mengembangkan negara masing-masing supaya menjadi lebih baik. Energi positif dari setiap keluarga baru inilah yang membuat aku semakin menggebu-gebu untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan ketika berada di salah satu negara adi kuasa ini. Setiap hari memiliki pemikiran dan perkembangan yang baru dari setiap individu dan saling menyemangati satu sama lain.

Dimulai dengan perkenalan kepada teman-teman dari ASEAN dan para mentor adalah awal pertama kegiatan di Omaha, Nebraska, USA. Setiap detik waktu sangat berharga bagiku karena aku hanya memiliki waktu 5 minggu saja di negara ini. Walaupun awalnya masih agak jet lag, tapi harus tetap focus pada setiap penjelasan yang diberikan oleh pihak panitia di sana. Perkenalan dan ramah ramah kami lakukan sambil bermain bowling dan makan pizza bersama. Semua berjalan dengan lancar dan tidak ada yang canggung saat itu. Semua langsung berbaur satu sama lain. Rasanya bahagia banget diterima dengan baik dan ramah oleh orang-orang di sana. 


Minggu pertama setelah perkenalan dosen, staff dan keliling kampus, kami memiliki kesempatan untuk melakukan test strengths finder di kantor pusat Gallup, Inc. Sebagai seorang pemimpin kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan kita. Tetapi focus dan kembangkanlah kekuatan kita. Itulah hal yang paling penting dari tim Gallup yang sudah berpengalaman dibidangnya sejak puluhan tahun lalu. Aku sangat bangga bisa langsung berkunjung, melakukan test, dan bertemu langsung dengan senior konsultan dari Gallup yang sudah memiliki pengalaman luar biasa pada bidang ini. Kalau mau test sendiri mungkin aku harus mikir dulu karena biayanya lumayan mahal. Selain itu, tidaklah mudah untuk bertemu, belajar, dan berdiskusi secara langsung dengan senior konsultan yang aku temui ketika itu. Namanya adalah Mrs. Heather Wright, Learning and Development Senior Consultant for Gallup, Inc. Tidak hanya dengan beliau, kami juga memiliki kesempatan bertemu dan berdiskusi dengan penulis buku yang baru saja diterbitkan tentang Entrepreneurial Strength Finder yaitu Mrs. Sangeeta Bharadwaj Badal. Dari test ini, kami mengetahui potensi apa yang harus dikembangkan dari kami untuk menjadi pemimpin yang lebih baik kedepannya.


Minggu pertama juga kita sudah mengikuti rangkaian kegiatan yang sangat menarik, diantaranya adalah mengunjungi Old Market, mengunjungi Durham Western Heritage Museum, menghadiri Global Studies Conference yang berhubungan dengan topik civic engagement dan mengunjugi Fort Atkinson Living History. Aku banyak belajar tentang sejarah Amerika dari kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Mulai dari kegiatan-kegiatan yang ada di sana dan sukarelawan yang ada di Fort Atkinson. Orang Amerika sangat mencintai sejarah dan senang sekali berkunjung ke museum. Museum di Amerika sangat bagus dan membuat aku terkagum-kagum. Inilah salah satu perbedaannya dengan Indonesia.




Belajar mengenai civic engagement di kelas bersama dosen yang ahli di bidangnya menjadi salah satu agenda yang aku suka. Aku belajar banyak mengenai leadership, management skills, government system, politics, interfaith dialogue, conflict resolution, volunteerism, NGOs, youth participation dan lainnya dari beberapa professor di kampus yaitu Mr. Patrick McNamara, Mr. Paul Landow, Mr. Val McPherson, dan yang selalu mengkoordinir setiap jadwal maupun segala kepentingan adimistrasi yaitu Mrs. Katie Kresha. Kemudian mendapatkan kesempatan belajar bersama dengan international students di kelas. Mambahas tentang ASEAN dan kami menjadi narasumbernya secara langsung. Aku bangga bisa mempresentasikan dan menjelaskan tentang Indonesia kepada mahasiswa internasional di sana. Banyak dari merka yang kagum dan ingin sekali mengunjungi Indonesia setelah kami jelaskan mengenai kehidupan, budaya, makanan, dan objek wisata di Indonesia.




Tidak hanya belajar dari dosen saja, tetapi langsung dengan tokoh yang berperan penting dalam sistem pemerintahan di Omaha dan Nebraska mereka adalah Captain Shayna Ray (Omaha Police Department), Mayor Jean Stothert (Walikota perempuan pertama di kota Omaha), City Council President Ben Gray, U.S. Representative Brad Ashford, Hal Daub (Former Omaha Mayor) dan Mr. John A. Gale (Nebraska Secretary of State). Mereka banyak menjelaskan tentang tantangan dan bagaimana cara menyelesaikan tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan pola pikir yang baik dan benar. Karena kejujuran sangat mahal harganya. Bekerjalah dengan jujur, maksimal, dan tulus hati untuk masyarakat serta kebaikan orang banyak. Hal ini yang membuat aku merasa sangat dibutuhkan oleh bangsa kita. Bekerja dengan tulus dan iklas untuk kepentingan bersama. Sehingga tidak ada lagi korupsi yang merajalela. Mementingkan kepentingan bersama dan saling membantu satu sama lain. Sistem yang mereka miliki sangat baik. Salah satu contohnya adalah tidak adanya nepotisme dan tindakan kecurangan di dalam kepemimpinan mereka. Ketika ada yang melanggar, tanpa memandang jabatan atau status apapun akan langsung dipecat. Karena mereka tidak membutuhkan orang-orang yang tidak benar. Kami juga memiliki kesempatan bertemu dengan Hillary Clinton di Iowa.



Kemudian kita juga mengunjungi tempat-tempat yang benar-benar memberdayakan anak-anak, para pemuda dan orang-orang sekitar untuk saling membantu dalam berbagai hal. Diantaranya adalah dalam bentuk pendidikan dan pemberdayaan. Tempat-tempat tersebut adalah Boys Town, Habitat for Humanity, Malcolm X Birthsite Memorial, and Boys and Girls Club. Kemudian kita juga langsung melakuan aksi nyata dengan berbagai ketgiatan sukarelawan di Omaha maupun di Iowa. Melakukan aksi kecil tetapi memiliki manfaat yang besar bagi sesama. Salah satu contohnya adalah yang aku lakukan bersama beberapa mahasiswa lain yaitu membantu petugas di Habitat for Humanity untuk memindahkan barang-barang bekas layak pakai yang akan digunakan oleh orang-orang kurang mampu yang membutuhkan dari satu tempat ke tempat lain. Para petugas di sana sangat senang karena mereka bisa melakukan pekerjaan lebih dari sebelumnya. Kegiatan ini menjadi kegiatan favoritku karena aku sangat senang dengan volunteerism atau sukarelawan sejak dulu. Aksi nyata yang bisa dilakukan tanpa membutuhkan dana yang besar untuk mengimplementasikannya. Mulailah dari hal yang kecil.





Di luar jadwal kunjungan dan kelas atau materi, kami juga memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang lain seperti mengikuti acara Ramen Festival yang selalu dilakukan oleh masyarakat di Omaha setiap tahunnya. Sangat banyak yang datang ke acara ini dan untuk menikmati ramennya kita harus mengantri panjang. Selain itu, kami juga merayakan Halloween Party di rumah salah satu mentor. Untuk pertama kalinya aku merasakan pesta Halloween. Senang dan terharu karena kebaikan dan keramahan semua orang di sana. Kemudian, pihak hotel tempat kami tinggal juga mengadakan perlombaan untuk menghias pumpkin. Jadi benar-benar merasakan adanya Halloween pada  saat itu. Padahal Halloween biasanya dirayakan pada tanggal 31 Oktober. Tetapi, karena kami tidak memiliki waktu hingga tanggal tersebut, maka kami adakan lebih awal.








Di waktu yang lain, kami juga memiliki kesempatan untuk melihat secara langsung perbatasan antara Iowa dan Nebraska. Pedestrian Bridge namanya. Jadi, di jembatan itulah perbatasan antara 2 states yaitu Iowa dan Nebraska. Aku berdiri di 2 States dalam waktu yang sama. Tepat di bawah jembatan itu adalah sungai Missouri. Bahagia rasanya! Kemudian, kami melakukan kujungan ke kampus Tri-Faith namanya. Dikatakan Tri-Faith karena terdiri dari 3 agama yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Jadi kampus ini juga merupakan kampus yang terkenal untuk interfaith. Selain itu, untuk pertama kalinya aku berbicang dengan Rabai (pemimpin agama Yahudi) dan menginjakkan kaki di Synagogue (rumah ibadah agama Yahudi). Pengalaman baru karena aku belum pernah bertemu dengan orang yang beragama Yahudi di Indonesia.




Pengalaman yang tidak kalah menarik adalah ketika homestay di salah satu keluarga asli Amerika. Kami homestay di Scott bluffs, Nebraska. Sekitar 8 jam dari Omaha tempat kami tinggal dengan menggunakan  bus. Aku merasakan kebahagian yang luar biasa ketika orangtuaku di sana menganggapku sebagai anaknya walaupun baru pertama bertemu dan hanya tinggal 2 hari saja di sana. Aku tinggal di rumahnya dan merasakan kehangatan sebuah keluarga baru. Rasa rindu kepada keluarga di Indonesia sedikit terobati. Aku merasakan bagaimana budaya hidup bersama dengan keluarga Amerika. Mereka sangat open-minded, memiliki jiwa peduli yang tinggi dan sangat menghargai satu sama lain. Lagi-lagi mereka banyak bertanya tentang Indonesia dan mereka ingin sekali berkunjung ke Indonesia. Wah, bahagia rasanya bisa terus mempromosikan Indonesia. Bahkan mereka bilang silahkan datang ke sini kapanpun kamu mau. Pintu selalu terbuka untukmu. Jangan ragu dan jangan sungkan. Anggap saja ini rumah kamu. Terharu luar biasa ketika mendengar kata-kata itu. Aku bilang suatu saat aku akan datang ke sini lagi dan aku juga memberikan tawaran kepada mereka untuk datang ke Indonesia.






Kami juga memiliki kesempatan untuk berkunjung dan belajar sejarah lagi ke beberapa tempat yang sangat indah dan bersejarah lagi yaitu Scotts Bluff National Monument di Gering Nebraska dan Gunung Rushmore South Dakota USA. Gunung Rushmore adalah gunung terkenal di Amerika Serikat tepatnya berada di dekat South Dakota. Di permukaan granit Gunung Rushmore terdapat ukiran terbesar empat kepala presiden Amerika Serikat, yaitu George Washington (1732–1799), Thomas Jefferson(1743–1826), Theodore Roosevelt (1858–1919), dan Abraham Lincoln (1809–1865). Seorang Denmark-Amerika, Gutzon Borglum mengukir kepala tersebut di Gunung Rushmore.  






Setelah banyak belajar tentang kepemimpinan, budaya, sejarah dan lainnya di Nebraska, maka pada minggu keempat kami berangkat ke Portland, Oregon. Transit di Minneapolis-St. Paul International Airport dan menambah daerah Amerika yang bisa dilihat walaupun hanya sekedar transit. DI Portland, kami memiliki jadwal tentang kepemimpinan di Portland State University. Kampus terbaik di Portland. Bertemu dan belajar langsung dengan dosen dan beberapa mahasiswa dari Portland State Univesrity. Setelah selesai kelas, kami juga memiliki kesempatan untuk sharing session dengan organisasi yang focus pada pemberdayaan dan volunteerism di kampus tersebut. Saling belajar antara kedua belah pihak. Kemudian diakhiri dengan makan bersama.








Setelah itu, kita memiliki kesempatan untuk mengeksplore Portland. Di sinilah aku baru menyadari bahwa ternyata tidak semua warga Amerika itu mampu dan hidup mandiri ataupun mewah. Di Portland ini ternyata banyak aku temui orang yang tidak punya rumah (homeless) dan agak menyeramkan juga. Tetapi untungnya tidak menggaggu. Ketika aku tanyakan kepada dosen dan mentor tentang homeless ini, mereka menjawab bahwa inilah salah satu tujuan kita membawa kalian ke sini supaya kalian juga tahu sisi yang buruk dari Amerika. Jadi Amerika itu juga bukan orang-orang yang sepenuhnya mampu secara financial. Kita juga masih belajar dan berusaha bagaimana cara mengatasi masalah ini. Jadi, sebagai pemimpin muda untuk negara kalian harus berusaha melakukan yang terbaik dan jangan menilai langsung dari sisi depannya saja. Harus melakukan observasi lebih dalam untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal. Kemudian kita berkunjung dan melihat keindahan alam di Bonneville Dom, Multnomah Falls, dan Colombia River. Di Portland ini jugalah aku temukan kebun bunga mawar yang sangat indah dan toko buku terbesar dan terlengkap selama aku hidup di dunia ini. Aku sangat senang sekali ketika bisa berkunjung ke took buku tersebut. Semoga suatu saat Indonesia akan memiliki toko buku seperti itu.









Setelah beberapa hari di Portland, maka tibalah saatnya kami berangkat ke tempat tujuan akhir yaitu Washington, DC. Kesedihan sudah mulai terlihat di mata setiap peserta karena sebentar lagi akan segera berpisah dan kembali ke negaranya masing-masing. Setibanya ke Washington DC, kami juga sudah memiliki jadwal yang sudah terencana. Menghabisakan waktu untuk belajar dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sana. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah American History Museum, National Air & Space Museum, Natural History Museum, U.S. Capitol,  the Library of Congress, Lincoln Memorial, Martin Luther King, Jr. Memorial, Washington Monument, White House, dan akhirnya penutupan dan pemberian sertifikat di Department of State.







Sebelum pemberian sertifikat, setiap peserta memaparkan rencana aksi yang akan dilakukan setelah kembali ke negaranya masing-masing. Rencana aksi ini sudah dibahas ketika berada di kampus dan sudah dilakukan pelatihan elevator speech sebelumnya. Jadi setiap peserta tidak canggung lagi dan sudah sesuai dengan waktu yang diberikan.











Walaupun banyak kekurangan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia jika dibandingkan dengan Amerika, tetapi aku tetap bangga menjadi bangsa Indonesia. Terkadang aku sedih jika membandingkannya. Tetapi, inilah kenyataan yang harus aku hadapai. Ini pukulan tersendiri bagiku. Kalau bukan bangsa Indonesia sendiri yang merubahanya, lalu siapa lagi? Inilah yang menjadi tugas kita semua sebagai pemuda yang peduli terhadap bangsa dan tanah air ini. Aku lahir dan dibesarkan di Indonesia dan aku harus melakukan sesuatu untuk melakukan perubahan. Perubahan sekecil apapun untuk kebaikan bersama. Karena aku percaya bahwa setiap yang besar pasti berasal dari yang kecil terlebih dahulu. Kalaupun aku tidak bisa merubah bangsa ini dalam waktu yang cepat, setidaknya aku bisa merubah diriku dan komunitasku menjadi lebih baik. Sehingga akan semakin banyak orang yang berubah dan berbuat baik demi kepentingan orang banyak. Yang aku pelajari dari setiap kegiatan yang dilakukan selama di sana adalah banyak bersyukur dan berterima kasih bahwa aku masih diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk terus belajar. Belajar dari setiap perkataan, pemikiran, dan tingkah laku orang lain. Belajar dari kemajuan sistem pemerintahan, komunikasi, dan teknologi. Balajar untuk menjaga tingkah laku karena membawa nama bangsa. Belajar dari setiap pengalaman di Amerika menjadikanku ingin sekali mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk bersatu dan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi bangsa yang jujur dan adil serta memiliki jiwa kekeluargaan yang tinggi sehingga terciptanya bangsa yang rukun, damai, dan sejahtera. Semua harus dimulai dari diri sendiri. Jangan pernah mengharapakan perubahan kepada bangsa ini jika diri kita sendiri belum bisa berubah.